schuimpjes
Experienced member
Kalo mau perubahan tajem, pake perjuangan kelas sekalian untuk ngilangin kelas sosial. Buat gak ada kelas, semua sama, gak ada bourgeoise, gak ada proletar. Jadi pemilik modal atau yang megang alat produksi itu masyarakat, teknisnya negara, semua sama akhirnya, familiar sama ide ini. Centralized economy parah atau statist parah atau apa terserah istilahnya apa.Selama ini petinggi partai politik adalah pemilik perusahaan (pengusaha). Lalu pemilik perusahaan yg tidak ikut main politik secara langsung memberikan donasi ke partai politik dgn imbalan proyek dan peraturan tertentu yg menguntungkan perusahaan (melalui mekanisme DPR membuat UU, DPR kan isinya orang partai sekaligus pengusaha lol).
Lalu negara secara legislatif & eksekutif kurang lebih dikendalikan partai, sedangkan partai dikendalikan pengusaha secara langsung maupun tidak langsung.
Overlord Luhut contoh petinggi partai, politikus, pejabat pemerintah + pengusaha jadi satu.
Sebutkan nama partai di dalam dan luar koalisi pemerintah yang petingginya diisi non-pengusaha. Ada? Ga ada satupun lmao
Akui saja, pengusaha selama ini sudah mengendalikan negara. Hanya sesama pengusaha yg mampu mengendalikan pengusaha lain (melalui instrumen negara tentunya).
Pastinya pengusaha lulusan sekolah bisnis Akademi Militer adalah yg paling tinggi tingkat suksesnya dibandingkan pengusaha lulusan sekolah bisnis lain seperti SBM ITB.
Republik Rakyat Indonesia when?
Tapi pake cara ini akhirnya tetep authoritarian juga. Atas nama rakyat, semua harus tunduk sama penguasa yang ngontrol alat produksi, siapa penguasanya? Partai Rakyat, salah satu contoh sejarah CPSU. Gak ada kebebasan apa-apa, semua harus tunduk sama negara dan gak ada kesempatan untuk buat perubahan karena gak ada mekanisme pergantian kekuasaan yang demokratis, lebih parah lagi.
Yang penting itu kontrol, semua orang partisipasi dalam pengontrolan itu, saling ngawasi, gak ada yang bisa kabur dari kejahatan. Ini bisa didapetin kalo ada kebebasan berbicara yang semua harus jaga kebebasan ini, kalo gak, ya gak ada kontrol lagi, bebas yang lagi berkuasa siapapun. Jadi demokrasi itu bukan, "ok, kita udah punya demokrasi", gitu aja, ini never ending selalu mantau sama lain yang itu bagus.
Jadi bukan masalah dia yang diatas orang baik apa jahat sebenernya, pengawasan itu non-negotiable, diawasi itu harus tetep ada, gak boleh stop.
Aku gak ngambil langsung kesimpulan pengusaha gede itu jelek, gak. Yang penting itu kekontrol, ke cek, gitu aja. Kalo baik ya udah, kalo jelek ok, pasti bakalan gak bisa apa-apa yang mana dia bakal gak dapet popularitas dan bahkan lebih dari itu. Kalo ngelanggar hukum, hukum harus tegak.
Sejelek-jeleknya demokrasi, ini masih lebih baik dari yang lain karena orang punya kebebasan berbicara, Ananta Toer kira-kira ngomong gini. Ini banyak yang ngomong gini atau hampir sama kayak gini, termasuk Churchill. Ananta Toer yang sebelumnya aktif di Lekra, tapi pas udah keluar P. Buru dia sadar kalo komunisme itu manusia untuk sistem, bukan sistem untuk manusia, paling gak demokrasi itu ada kebebasan berbicara, itu aja alasan dia. Ditambah lagi kalo punya kebebasan berkumpul yang nanti bisa buat partai tandingan, entah berdasarkan apa aja, mungkin kesamaan ideologi, mungkin cuma karena pingin nyelesaiin satu isu aja dll terserah.
Jadi bakal selalu ada dan harus ada yang jadi penguasa sama oposisi di demokrasi, harus. Check and Balances itulah yang jadi salah satu nilai plus demokrasi.
Edit: tambah dikit
Last edited: