Sangat gak yakin saya kita punya appetite buat real aircraft carrier.Tergantung sih, grand plannya gimana gitu, jangan asal beli apa gitu karena musiman dan pengen aja, belum lagi karena orang baru menggantikan orang lama dan rencana juga diganti. Amburadul nanti.
Kalau target puncak adalah punya kapal induk, mending kedepannya LHD nya ukuran kecil aja.
Kalau mentok cuman di LHD, sekalian ambil LHD yang paling besar.
*untuk sekarang.Sangat gak yakin saya kita punya appetite buat real aircraft carrier.
Tergantung sih, grand plannya gimana gitu, jangan asal beli apa gitu karena musiman dan pengen aja, belum lagi karena orang baru menggantikan orang lama dan rencana juga diganti. Amburadul nanti.
Kalau target puncak adalah punya kapal induk, mending kedepannya LHD nya ukuran kecil aja.
Kalau mentok cuman di LHD, sekalian ambil LHD yang paling besar.
Agree with this.Sangat gak yakin saya kita punya appetite buat real aircraft carrier.
Saya mikirnya LHD pakai F35B masih mungkinAgree with this.
Kl kapal induk yang dimaksud buat helicopter, UCAV dan USV masih kebayang. Tapi kl udah masuk kapal induk buat fixed wing fighter, rasanya sih masih belum - paling gak sampai 20-30 tahun ke depan.
But then again, who knows?
If (the big IF) the US finally allows us to have 'em. Itupun gw gak bisa bayangin bakal terjadi dalam 10-15 tahun ke depan.Saya mikirnya LHD pakai F35B masih mungkin
Sebelum adanya MEF itu kek nya gak ada kan perencanaan jangka panjang? Lebih ke musiman aja gitu, dengan new menhan, kasal, kasad, kasau, panglima = rencana baru.Sebenarnya sih idealnya mulai dari yang simple, trus belajar dari operasional, TNI-AL selaku user ngasi feedback ke industri tentang improvement apa yang mereka inginkan.
Masalahnya kalau model gini, kita ga tau kalau ganti Presiden, Menhan baru nya bakal berpikiran lain. Rencana jangka panjang hampir mustahil.
Btw Boeing lagi (lagi) kena sorotan ya, kira-kira berpengaruh ga sama build quality F-15IDN ?
If only to support amphibious assault aka commando (marine) carrier, I still can get the logic, but else than that just gonna be seafaring carrier for country without clear foreign policy. Domba tersesat di samudra and asking themselves, “what we’re doing here with this high cost high maintenance giant ship without any destination”, gamang gak jelas untuk ndukung kebijakan apa.Agree with this.
Kl kapal induk yang dimaksud buat helicopter, UCAV dan USV masih kebayang. Tapi kl udah masuk kapal induk buat fixed wing fighter, rasanya sih masih belum - paling gak sampai 20-30 tahun ke depan.
But then again, who knows?
If only to support amphibious assault aka commando (marine) carrier, I still can get the logic, but else than that just gonna be seafaring carrier for country without clear foreign policy. Domba tersesat di samudra and asking themselves, “what we’re doing here with this high cost high maintenance giant ship without any destination”, gamang gak jelas untuk ndukung kebijakan apa.
Ngirim bantuan kemanusiaan pake carrier? Wow, Indonesia emang suka facade.
It’s not like this cannot be used for that, but it looks like exist only for that (MOOTW) because we don’t have clear policy for power projectionHMAS Canberra Returns From Fiji - Fiji
News and Press Release in English on Fiji and 1 other country about Contributions, Logistics and Telecommunications and Tropical Cyclone; published on 30 Mar 2016 by Govt. Australiareliefweb.int
ada dong, tapi sifatnya dari user cuma sampe Kemenhan, nah dijaman SBY dinaikkan levelnya jadi koordinasi antar kelembagaan setingkat menteri, muncul KKIP dll. setelah kasus ambalat..Sebelum adanya MEF itu kek nya gak ada kan perencanaan jangka panjang? Lebih ke musiman aja gitu, dengan new menhan, kasal, kasad, kasau, panglima = rencana baru.