LIPI actually operating two Baruna jaya research ships, but the one who had capability for mapping of underwater terrain is the newest Baruna Jaya VIII. She is recently acquired in during SBY administration from Norway. This ship can help the Navy to mapping and giving a lot of update for underwater current situation with their sensor if needed
Kapal Riset Baruna Jaya VIII milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) rencananya akan diberangkatkan menuju Pulau Natuna, Kamis (4/11/10) besok. Kapal riset itu akan berlayar membawa para peneliti menuju Pulau Natuna dan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan.
Pelayaran Baruna Jaya VIII ini bukanlah pelayaran yang pertama. Tahun ini saja, ini merupakan ekspedisi kedua. Pelayaran pertama dimulai tanggal 3 April 2010 yang lalu, melibatkan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan menuju wilayah Bangka-Belitung.
Dengan spesifikasinya, Baruna jaya VIII dikatakan sebagai kapal riset tercanggih yang dimiliki Indonesia saat ini. Kapal riset yang dibeli Indonesia dari Norwegia pada tahun 1997 itu memiliki fasilitas navigasi dan riset yang tak kalah canggih dibanding kapal riset luar negeri.
Kapten Kapal Baruna Jaya VIII, Irham Danil mengatakan, Baruna Jaya telah dilengkapi dengan fasilitas kemudi yang modern. Kapal yang dibeli dengan harga 195 milyar itu memiliki alat yang disebut Simrad Planning System (SPS). "Dengan sistem tersebut, kita hanya perlu membuat track dari kapal itu dan kapal akan berjalan sendiri menunju tempat tujuan, " kata Danil.
Selain itu, kapal juga dilengkapi dengan 32 sensor yang terletak di badan kapal bagian bawah. Sensor-sensor tersebut akan sangat membantu para peneliti, terutama yang mengamati aspek fisika dan kimia laut. Beberapa sensornya adalah Bottom Bathymery, Conductivity Teperature Depth (CTD) dan Acoustic Doppler Current Profie (ADCP).
Setiap sensor memiliki fungsi tersendiri. "Bottom Bathymetry yang bisa digunakan untuk memetakan topografi bawah laut hingga kedalaman 1000 meter, " terang Dirhamsyah, Koordinator Ekspedisi Natuna dan Matasiri ini. Sememtara itu, CTD bisa berfungsi untuk mengetahui salinitas, temperatur dan keasaman laut dan ACDP bisa digunakan untuk menelaah pola arus laut.
Selain fasilitas tersebut, kapal seberat 1300 ton juga memiliki Gravity Meter. "Hanya 2 kapal di Indonesia yang memiliki fasilitas ini. Salah satunya adalah Baruna Jaya VIII. Fasilitas itu bisa berfungsi untuk mendeteksi kandungan minyak di lepas pantai, " jelas Dirhamsyah.
Karena berfungsi untuk riset, kapal ini juga dilengkapi dengan 5 laboratorium. "Ada 5 laboratorium, yaitu Laboratorium Biologi, Laboratorium, Laboratorium Electronic Center untuk memantau semua hasil bacaan sensor, Multipurpose Lab, Wet Lab dan Clean Room, " jelas Danil. Wet lab khusus untuk menampung sampel basah yang hendak diobservasi.
Sebagai akomodasi para peneliti, terdapat 20 kamar ber-AC yang mampu menampung 60 peneliti yang ikut serta dalam ekspedisi ini. Untuk kebutuhan air peneliti sendiri, kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air laut menjadi air tawar. "Fasilitas itu mampu mengubah air laut menjadi air tawar dengan sistem Reverse Osmosis. Dalam sehari, alat itu mampu mengolah 6 - 7 ton air. Jadi, cukup untuk kebutuhan peneliti, " jelas Danil.
Dengan seluruh fasilitasnya, kapal ini diharapkan mampu menunjang pekerjaan para peneliti, terutama yang menekuni bidang oseanografi dan sumber daya laut. Fasilitas kapal ini diharapkan bisa menghasilkan 25 judul penelitian dari ekspedisi Natuna-Matasiri yang bisa dipublikasikan di jurnal ilmiah.
Kompas, 3 November 2010
Kapal Riset Baruna Jaya VIII milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) rencananya akan diberangkatkan menuju Pulau Natuna, Kamis (4/11/10) besok. Kapal riset itu akan berlayar membawa para peneliti menuju Pulau Natuna dan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan.Pelayaran Baruna Jaya VIII...
lipi.go.id