Indonesia Indonesian Strategic Industries

Anmdt

Experienced member
Naval Specialist
Professional
Messages
5,532
Solutions
2
Reactions
119 25,100
Nation of residence
Turkey
Nation of origin
Turkey
they do have a plan to expand PT.PAL , PT DI and PT.Pindad into lampung province in tanggamus regency (sumatra) , but we could assume that plan is vanished for now
https://www.kemhan.go.id/2017/08/24...-pt-pindad-dan-pt-pal-lakukan-peninjauan.html
It is not really easy to build a shipyard or to relocate one, needs billions so i am not even surprised.
But for the rest they can move easily around before they are being fully established and expanded. I don't know but letting them reside in highest populated area seems a little off too.
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
they do have a plan to expand PT.PAL , PT DI and PT.Pindad into lampung province in tanggamus regency (sumatra) , but we could assume that plan is vanished for now
https://www.kemhan.go.id/2017/08/24...-pt-pindad-dan-pt-pal-lakukan-peninjauan.html

eastern java does have PT.Pindad (Ammunition production division) , and PT.PAL

Who want to put critical industrial complexes very near into the place where Pacific and Hindia ocean tectonic plates met? Not only that, Sunda strait is very near into Pacific ring of fire. Meanwhile area near Kertajati biggest natural disaster threat is only Flooding, and that kind which is manageable.
 

Captain Wales

Committed member
Messages
227
Reactions
188
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
GMF also will expand into this area , i think it's suitable to create an defense industry sector near kertajati complex , since there was still a free land area nearby.
yes, kertajati is in perfect place for our future defence industry (Pindad and DI), it far enough for them to expand (not in the middle of a city) but not too far for already established workforce, institiution and universities (especially that from bandung).

also with the completion of cisumdawu toll road it will cut time from bandung to kertajati from 3+ hours to under 1 hour.
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan​

Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapat pesanan dari pemerintah berupa senjata SS2-V5 A1 yang merupakan varian terbaru​

Erric Permana |30.03.2021

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan
Senjata SS2-V5 A1 buatan PT Pindad. (Foto PT Pindad - Anadolu Agency)

Jakarta Raya​

JAKARTA
Pemerintah menyiapkan 25.000 senjata laras panjang jenis SS2-V5 A1 buatan PT Pindad untuk digunakan komponen cadangan.
Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapatkan pesanan dari pemerintah untuk memproduksi senjata varian baru tersebut.
Dia menyatakan senjata SS2-V5 A1 berbeda dengan senjata yang saat ini digunakan TNI karena memiliki bobot lebih ringan.
"Ini lebih ringan karena saya yakin komponen cadangan itu sipil yang menggunakannya," kata Abraham Mose kepada wartawan di kantor pusat Pindad pada Selasa.
Kepala Biro Humas Setjen Kemhan Marsekal Madya TNI Penny Radjendra menegaskan senjata produksi Pindad itu hanya digunakan saat latihan.
"Jadi bukan nanti [senjata] dibawa pulang, tidak seperti itu," jelas Penny kepada jurnalis di Bandung
Indonesia akan membentuk pasukan komponen cadangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23/2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PDSN).
Komponen cadangan berasal dari masyarakat sipil yang secara sukarela mendaftar membantu komponen utama yakni pasukan TNI menghadapi ancaman terhadap negara.
Pemerintah memastikan komponen cadangan, yang akan segera direkrut melalui Kementerian Pertahanan, bukan merupakan wajib militer.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3/2021 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara yang salah satunya mengatur mengenai komponen cadangan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.


To support National reserve components program, Ministry of Defense had placed order for 25,000 SS2 V5 A1 variants along with optical sight and other accesories to be used by Reserve units member during training.

25,000 units is enough to form at least two full infantry Division or even an undermanned Corps.
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
I am always thought they would be armed with our old stocks of SS1 or M16 or even AK series
 

Captain Wales

Committed member
Messages
227
Reactions
188
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
It is not really easy to build a shipyard or to relocate one, needs billions so i am not even surprised.
But for the rest they can move easily around before they are being fully established and expanded. I don't know but letting them reside in highest populated area seems a little off too.
it also not easy to move workforce, if they need to expand/move they would need already experience workforce (preferably who already work in shipyard or offshore oil and gas) or need to train new workforce (which take time).

that's not a lot of places in indonesia who got such high number of people who already experience working in shipbuilding/offshore oil and gas, the only place other than surabaya that got already established workforce in shipyard is Batam.
 

Captain Wales

Committed member
Messages
227
Reactions
188
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan​

Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapat pesanan dari pemerintah berupa senjata SS2-V5 A1 yang merupakan varian terbaru​

Erric Permana |30.03.2021

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan
Senjata SS2-V5 A1 buatan PT Pindad. (Foto PT Pindad - Anadolu Agency)

Jakarta Raya​

JAKARTA
Pemerintah menyiapkan 25.000 senjata laras panjang jenis SS2-V5 A1 buatan PT Pindad untuk digunakan komponen cadangan.
Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapatkan pesanan dari pemerintah untuk memproduksi senjata varian baru tersebut.
Dia menyatakan senjata SS2-V5 A1 berbeda dengan senjata yang saat ini digunakan TNI karena memiliki bobot lebih ringan.
"Ini lebih ringan karena saya yakin komponen cadangan itu sipil yang menggunakannya," kata Abraham Mose kepada wartawan di kantor pusat Pindad pada Selasa.
Kepala Biro Humas Setjen Kemhan Marsekal Madya TNI Penny Radjendra menegaskan senjata produksi Pindad itu hanya digunakan saat latihan.
"Jadi bukan nanti [senjata] dibawa pulang, tidak seperti itu," jelas Penny kepada jurnalis di Bandung
Indonesia akan membentuk pasukan komponen cadangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23/2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PDSN).
Komponen cadangan berasal dari masyarakat sipil yang secara sukarela mendaftar membantu komponen utama yakni pasukan TNI menghadapi ancaman terhadap negara.
Pemerintah memastikan komponen cadangan, yang akan segera direkrut melalui Kementerian Pertahanan, bukan merupakan wajib militer.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3/2021 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara yang salah satunya mengatur mengenai komponen cadangan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.


To support National reserve components program, Ministry of Defense had placed order for 25,000 SS2 V5 A1 variants along with optical sight and other accesories to be used by Reserve units member during training.

25,000 units is enough to form at least two full infantry Division or even an undermanned Corps.
is it wise for us to equip them with SS2-V5A1? isn't 200 meter range kinda short and not adequate in this era.
*note that 5.56 perform better in longer barrel than in the short one (also there 5.56 that were developed for short barrel but i dont think that we would invest in that).

wouldn't it be better we equip them with SS2-V2A1, it longer than the V5 but still shorter than 18 inch V1, it range also in between SS2 V1 and V5.
SS2_V2_A1_31.jpg


and i know that it is for reserve unit but it would be better in the long run for us equip them with with it, so in any future conflict they wouldn't find out that the rifle that they were using isn't got enough range.
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
is it wise for us to equip them with SS2-V5A1? isn't 200 meter range kinda short and not adequate in this era.
*note that 5.56 perform better in longer barrel than in the short one (also there 5.56 that were developed for short barrel but i dont think that we would invest in that).

wouldn't it be better we equip them with SS2-V2A1, it longer than the V5 but still shorter than 18 inch V1, it range also in between SS2 V1 and V5.
View attachment 17241

and i know that it is for reserve unit but it would be better in the long run for us equip them with with it, so in any future conflict they wouldn't find out that the rifle that they were using isn't got enough range.

That's it, that's why i am even suggest the ideas for them to use our old stocks first for familiarization process. And i hope they can trained them with RPG7 or SPG 9 along with 60 to 81 mm mortar. We can learn something from Vietnam reserve units components, as they are is quite mature and they are heavily armed too.
 

FPXAllen

Contributor
Indonesia Correspondent
Messages
1,126
Reactions
4 1,702
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
is it wise for us to equip them with SS2-V5A1? isn't 200 meter range kinda short and not adequate in this era.
*note that 5.56 perform better in longer barrel than in the short one (also there 5.56 that were developed for short barrel but i dont think that we would invest in that).

wouldn't it be better we equip them with SS2-V2A1, it longer than the V5 but still shorter than 18 inch V1, it range also in between SS2 V1 and V5.
View attachment 17241

and i know that it is for reserve unit but it would be better in the long run for us equip them with with it, so in any future conflict they wouldn't find out that the rifle that they were using isn't got enough range.
Considering that most firefight happen within 50 to 150 meter range, an assault rifle with an effective range of 200 meters is more than sufficient.
It makes sense to me why they opted to equip the reserve with lighter and more compact weapons.
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini​

Selasa, 30 Maret 2021 21:04 WIB
Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini


Jakarta (ANTARA) - PT Pindad (Persero) siap mengekspor peluru/munisi dan kendaraan tempur ke tiga negara, yaitu Thailand, Bangladesh, dan Amerika Serikat pada tahun ini, kata Direktur Bisnis Produk Pertahanan dan Keamanan PT Pindad Wijil Jadmiko Budi di Bandung, Jawa Barat, Selasa.

“Untuk ekspor, hari ini kita sudah mendapatkan (surat pemesanan untuk) munisi 5.56 milimeter dari Thailand, dan munisi sekitar 10.000 butir untuk (jenis kaliber) 9 mm dan 5.56 mm,” terang Wijil saat sesi temu wartawan rombongan “defence tour” bersama pejabat Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI).

Dalam pertemuan itu, yang turut dihadiri oleh Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose dan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Pertama (Marsma) TNI Penny Radjendra, Wijil menerangkan perusahaan juga akan mengekspor 5.000 butir granat tangan ke Thailand.

Baca juga: Pindad tahun ini prioritaskan produksi pesanan Kemhan

PT Pindad juga masih mengurus perizinan ekspor 3.000 munisi kaliber 9 mm dan 3.000 butir peluru kaliber 5.56 mm, kata Wijil.

Sementara itu, PT Pindad, yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN), juga memasuki tahap akhir ekspor enam unit kendaraan tempur model Anoa

“Kami lagi proses akhir di Bangladesh. Kami akan support (mendukung alat pertahanan Bangladesh dengan) enam unit Anoa dan kami juga akan tawarkan senjata laras, dan 556 (unit) senjata (senapan serbu model) SS2. Tapi yang waktu dekat (akan terealisasi ekspor) enam unit Anoa,” kata Wijil.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose mengatakan Filipina juga menunjukkan minat membeli kendaraan tempur jenis medium tank Harimau.

Baca juga: Kemhan gelar "defence tour" ajak jurnalis jadi mitra pertahanan

Namun, proses penawaran dan lelang masih terhambat oleh pandemi COVID-19.

“Sudah cukup lama (Filipina menunjukkan ketertarikan terhadap Harimau), hanya (adanya) pandemi COVID-19 menyebabkan lelangnya diundur terus. Selain itu, (Harimau) juga diminta oleh Bangladesh, selain Anoa,” sebut Abraham.

Dalam pertemuan di kantor pusat PT Pindad di Bandung, Selasa, Abraham turut memastikan perusahaan akan mengutamakan produksi sejumlah pesanan dari Kementerian Pertahanan pada tahun ini.

Beberapa produk buatan Pindad yang dipesan Kemhan, antara lain munisi sebanyak empat miliar butir dan 25.000 pucuk senjata, serta beberapa kendaraan taktis dan kendaraan tempur.

Baca juga: Prabowo: Kemhan pesan 500 kendaraan taktis Pindad
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021

 

R4duga

Experienced member
Messages
1,670
Reactions
2 2,367
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini​

Selasa, 30 Maret 2021 21:04 WIB
Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini


Jakarta (ANTARA) - PT Pindad (Persero) siap mengekspor peluru/munisi dan kendaraan tempur ke tiga negara, yaitu Thailand, Bangladesh, dan Amerika Serikat pada tahun ini, kata Direktur Bisnis Produk Pertahanan dan Keamanan PT Pindad Wijil Jadmiko Budi di Bandung, Jawa Barat, Selasa.

“Untuk ekspor, hari ini kita sudah mendapatkan (surat pemesanan untuk) munisi 5.56 milimeter dari Thailand, dan munisi sekitar 10.000 butir untuk (jenis kaliber) 9 mm dan 5.56 mm,” terang Wijil saat sesi temu wartawan rombongan “defence tour” bersama pejabat Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI).

Dalam pertemuan itu, yang turut dihadiri oleh Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose dan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Pertama (Marsma) TNI Penny Radjendra, Wijil menerangkan perusahaan juga akan mengekspor 5.000 butir granat tangan ke Thailand.

Baca juga: Pindad tahun ini prioritaskan produksi pesanan Kemhan

PT Pindad juga masih mengurus perizinan ekspor 3.000 munisi kaliber 9 mm dan 3.000 butir peluru kaliber 5.56 mm, kata Wijil.

Sementara itu, PT Pindad, yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN), juga memasuki tahap akhir ekspor enam unit kendaraan tempur model Anoa

“Kami lagi proses akhir di Bangladesh. Kami akan support (mendukung alat pertahanan Bangladesh dengan) enam unit Anoa dan kami juga akan tawarkan senjata laras, dan 556 (unit) senjata (senapan serbu model) SS2. Tapi yang waktu dekat (akan terealisasi ekspor) enam unit Anoa,” kata Wijil.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose mengatakan Filipina juga menunjukkan minat membeli kendaraan tempur jenis medium tank Harimau.

Baca juga: Kemhan gelar "defence tour" ajak jurnalis jadi mitra pertahanan

Namun, proses penawaran dan lelang masih terhambat oleh pandemi COVID-19.

“Sudah cukup lama (Filipina menunjukkan ketertarikan terhadap Harimau), hanya (adanya) pandemi COVID-19 menyebabkan lelangnya diundur terus. Selain itu, (Harimau) juga diminta oleh Bangladesh, selain Anoa,” sebut Abraham.

Dalam pertemuan di kantor pusat PT Pindad di Bandung, Selasa, Abraham turut memastikan perusahaan akan mengutamakan produksi sejumlah pesanan dari Kementerian Pertahanan pada tahun ini.

Beberapa produk buatan Pindad yang dipesan Kemhan, antara lain munisi sebanyak empat miliar butir dan 25.000 pucuk senjata, serta beberapa kendaraan taktis dan kendaraan tempur.

Baca juga: Prabowo: Kemhan pesan 500 kendaraan taktis Pindad
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021

“Sudah cukup lama (Filipina menunjukkan ketertarikan terhadap Harimau), hanya (adanya) pandemi COVID-19 menyebabkan lelangnya diundur terus. Selain itu, (Harimau) juga diminta oleh Bangladesh, selain Anoa,” sebut Abraham.
:ROFLMAO:


dalam hati : "we're actually losing tender againts those israeli stuff ..... , and the chinese light tank"
 

trishna_amrta

Experienced member
Messages
1,606
Reactions
1,925
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
is it wise for us to equip them with SS2-V5A1? isn't 200 meter range kinda short and not adequate in this era.
*note that 5.56 perform better in longer barrel than in the short one (also there 5.56 that were developed for short barrel but i dont think that we would invest in that).


and i know that it is for reserve unit but it would be better in the long run for us equip them with with it, so in any future conflict they wouldn't find out that the rifle that they were using isn't got enough range.
The vast majority of Indonesia terrain is either jungle or maritime environment, which mean, in actual practice engagement range for small arm are typically under 100m. Although the practice is still to zero in our weapon at 100m. Anything further than that will be for the marksman & sniper role.
 

Anmdt

Experienced member
Naval Specialist
Professional
Messages
5,532
Solutions
2
Reactions
119 25,100
Nation of residence
Turkey
Nation of origin
Turkey
"we're actually losing tender againts those israeli stuff ..... , and the chinese light tank"
Because those people are being reluctant to pass onto serial production for MT Kaplan and holding FNSS from joining to tenders in SEA implying the "agreement" , FNSS,when asked about 3rd part interest on Medium Tank, has replied " there are things to be resolved and negotiated between states:)
FNSS could secure Philippine deal (granting previous deliveries they have made) easily.
Simply, as Turkey has experienced before, customers are slightly worried when a product -specifically developed for the domestic needs- offered by a company still not serially producing for domestic market.

Lobbying is another thing,but to remind Makassar class has won remarkable tenders against good lobbies too.
 

Captain Wales

Committed member
Messages
227
Reactions
188
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
The vast majority of Indonesia terrain is either jungle or maritime environment, which mean, in actual practice engagement range for small arm are typically under 100m. Although the practice is still to zero in our weapon at 100m. Anything further than that will be for the marksman & sniper role.
yes agree, while we don't need range more than 100m and SBR added more maneuverability in dense forest or build-up area, but i do still think that giving them more range rifle (SS2-V2A1) would be better on the long run (even though we need to equip them with optics and change training doctrine).
 

Captain Wales

Committed member
Messages
227
Reactions
188
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini​

Selasa, 30 Maret 2021 21:04 WIB
Pindad siap ekspor peluru ke Thailand, Bangladesh, AS tahun ini


Jakarta (ANTARA) - PT Pindad (Persero) siap mengekspor peluru/munisi dan kendaraan tempur ke tiga negara, yaitu Thailand, Bangladesh, dan Amerika Serikat pada tahun ini, kata Direktur Bisnis Produk Pertahanan dan Keamanan PT Pindad Wijil Jadmiko Budi di Bandung, Jawa Barat, Selasa.

“Untuk ekspor, hari ini kita sudah mendapatkan (surat pemesanan untuk) munisi 5.56 milimeter dari Thailand, dan munisi sekitar 10.000 butir untuk (jenis kaliber) 9 mm dan 5.56 mm,” terang Wijil saat sesi temu wartawan rombongan “defence tour” bersama pejabat Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI).

Dalam pertemuan itu, yang turut dihadiri oleh Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose dan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Pertama (Marsma) TNI Penny Radjendra, Wijil menerangkan perusahaan juga akan mengekspor 5.000 butir granat tangan ke Thailand.

Baca juga: Pindad tahun ini prioritaskan produksi pesanan Kemhan

PT Pindad juga masih mengurus perizinan ekspor 3.000 munisi kaliber 9 mm dan 3.000 butir peluru kaliber 5.56 mm, kata Wijil.

Sementara itu, PT Pindad, yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN), juga memasuki tahap akhir ekspor enam unit kendaraan tempur model Anoa

“Kami lagi proses akhir di Bangladesh. Kami akan support (mendukung alat pertahanan Bangladesh dengan) enam unit Anoa dan kami juga akan tawarkan senjata laras, dan 556 (unit) senjata (senapan serbu model) SS2. Tapi yang waktu dekat (akan terealisasi ekspor) enam unit Anoa,” kata Wijil.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Umum PT Pindad Abraham Mose mengatakan Filipina juga menunjukkan minat membeli kendaraan tempur jenis medium tank Harimau.

Baca juga: Kemhan gelar "defence tour" ajak jurnalis jadi mitra pertahanan

Namun, proses penawaran dan lelang masih terhambat oleh pandemi COVID-19.

“Sudah cukup lama (Filipina menunjukkan ketertarikan terhadap Harimau), hanya (adanya) pandemi COVID-19 menyebabkan lelangnya diundur terus. Selain itu, (Harimau) juga diminta oleh Bangladesh, selain Anoa,” sebut Abraham.

Dalam pertemuan di kantor pusat PT Pindad di Bandung, Selasa, Abraham turut memastikan perusahaan akan mengutamakan produksi sejumlah pesanan dari Kementerian Pertahanan pada tahun ini.

Beberapa produk buatan Pindad yang dipesan Kemhan, antara lain munisi sebanyak empat miliar butir dan 25.000 pucuk senjata, serta beberapa kendaraan taktis dan kendaraan tempur.

Baca juga: Prabowo: Kemhan pesan 500 kendaraan taktis Pindad
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021

how the heck they gonna export bullet, didn't they don't have enough capacity to produce bullet even to meet our military demand,
or they FINALLY decided to upgrade all of their obsolete bullet making machine to a new automated one if not then good luck.
 

Ravager

Contributor
Messages
1,094
Reactions
4 1,241
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
how the heck they gonna export bullet, didn't they don't have enough capacity to produce bullet even to meet our military demand,
or they FINALLY decided to upgrade all of their obsolete bullet making machine to a new automated one if not then good luck.

They were in the process of acquiring new machineries and opening new facilities . All in all compared to the like of PT.Pal and DI , atleast they were going in the right direction ...
PT. DI on the other hand is .....



...



..

.

😪
 

Var Dracon

Contributor
Messages
464
Reactions
1 500
Nation of residence
Indonesia
Diamond diesel engine production process in Laptop Si Unyil


Shark diesel engine production process
Shark was founded as a assembly plant in 1984. They cooperated with Taiwanese company for sourcing the parts of their products (as such, many of their product share the same parts of Taiwanese brands). In 2016, they opened a manufacturing facility and started producing in Indonesia. Their diesel engine ranged from 5,5 hp to 33 hp. Not much info on local content percentage, their SP200 engine (6,5 hp power) has about 43,85% local content.
They also make other products such as agricultural machines, air compressors, filters, and generators.
Shark generator set
 

Gundala

Well-known member
Messages
415
Reactions
1 506
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan​

Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapat pesanan dari pemerintah berupa senjata SS2-V5 A1 yang merupakan varian terbaru​

Erric Permana |30.03.2021

Indonesia siapkan 25.000 senjata baru untuk komponen cadangan
Senjata SS2-V5 A1 buatan PT Pindad. (Foto PT Pindad - Anadolu Agency)

Jakarta Raya​

JAKARTA
Pemerintah menyiapkan 25.000 senjata laras panjang jenis SS2-V5 A1 buatan PT Pindad untuk digunakan komponen cadangan.
Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengaku mendapatkan pesanan dari pemerintah untuk memproduksi senjata varian baru tersebut.
Dia menyatakan senjata SS2-V5 A1 berbeda dengan senjata yang saat ini digunakan TNI karena memiliki bobot lebih ringan.
"Ini lebih ringan karena saya yakin komponen cadangan itu sipil yang menggunakannya," kata Abraham Mose kepada wartawan di kantor pusat Pindad pada Selasa.
Kepala Biro Humas Setjen Kemhan Marsekal Madya TNI Penny Radjendra menegaskan senjata produksi Pindad itu hanya digunakan saat latihan.
"Jadi bukan nanti [senjata] dibawa pulang, tidak seperti itu," jelas Penny kepada jurnalis di Bandung
Indonesia akan membentuk pasukan komponen cadangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23/2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PDSN).
Komponen cadangan berasal dari masyarakat sipil yang secara sukarela mendaftar membantu komponen utama yakni pasukan TNI menghadapi ancaman terhadap negara.
Pemerintah memastikan komponen cadangan, yang akan segera direkrut melalui Kementerian Pertahanan, bukan merupakan wajib militer.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3/2021 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara yang salah satunya mengatur mengenai komponen cadangan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.


To support National reserve components program, Ministry of Defense had placed order for 25,000 SS2 V5 A1 variants along with optical sight and other accesories to be used by Reserve units member during training.

25,000 units is enough to form at least two full infantry Division or even an undermanned Corps.
Love it!!! Go order more from Pindad and long term contract pls. Those numbers are definetly bankable and making Pindad able to invest more in technology/equipment to meet better quality :love:
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Menristek: Pandemi Tak Menghalangi Pengembangan 4 Produk Super Prioritas Riset Nasional​


04 April 2021


Drone Elang Hitam (photo : BPPT)

Liputan6.com, Jakarta - Menristek (Menteri Riset dan Teknologi) Bambang Brodjonegoro mengatakan pengembangan empat inovasi produk prioritas riset nasional 2020-2024 masih sesuai dengan rencana awal, meski Indonesia kini tengah dilanda pandemi.

"Kalau bicara perkembangan, sampai saat ini tidak terjadi perbedaan mendasar antara apa yang direncanakan dengan apa yang sudah atau sedang dilakukan," tuturnya dalam acara Bincang Editor yang diadakan Liputan6.com, Rabu (31/3/2021).

Adapun empat produk super prioritas yang dimaksud adalah pesawat amfibi N219, garam terintegrasi, katalis merah putih, dan drone tempur elang hitam. Bambang menjelaskan, empat produk super prioritas ini dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia akan produk impor.

"Misalnya, mengenai pesawat N219. Pertama, kita punya versi biasa dan sekarang punya versi amfibinya. Kenapa? Karena kondisi negara kita itu kepulauan dan tidak semua daerah tidak punya bandara atau bahkan landasan yang memadai," tuturnya menjelaskan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi berupa pesawat yang bisa mendarat di landasan pendek atau bahkan di perairan jika wilayah tersebut memang tidak memiliki landasan. Pesawat dipilih sebab jika bergantung pada angkutan laut akan memakan waktu sangat lama untuk melakukan perpindahan.

"Maka muncul N219 amfibi, sehingga kita bisa tetap menjaga konektivitas tanpa harus membeli pesawat sejenis dari luar negeri," tuturnya melanjutkan. Dia pun mengatakan, N219 versi reguler sudah mendapat sertifikasi, sedangkan versi amfibi saat ini tengah dikembangkan.

Mengenai garam terintegrasi, Bambang mengatakan Indonesia saat ini memang masih mengimpor garam industri. Karenanya, sistem garam terintegrasi diharapkan dapat meningkatkan NaCL garam rakyat dari di bawah 90 persen hingga di atas 97 persen.

Hal ini dilakukan agar garam tersebut dapat diserap oleh industri dan mengurangi ketergantungan pada produk impor. Sementara untuk kebutuhan garam rumah tangga, dia memastikan Indonesia sebenarnya tidak memiliki masalah.

Saat ini, Bambang menuturkan, pemerintah sudah memiliki unit contoh pertama sistem garam terintegrasi di Gresik. Harapannya, unit tersebut dapat diperluas ke unit lain yang sejenis.


Konsorsium Pesawat N219 Amfibi (image : Lapan)

Katalis Merah Putih

Dalam kesempatan itu, Bambang turut menjelaskan mengenai Katalis Merah Putih yang juga masuk dalam daftar produk super prioritas ini. Bambang menjelaskan, Katalis Merah Putih diharapkan bisa mengurangi impor BBM yang selama ini masih dilakukan Indonesia.

"Dengan Katalis Merah Putih, impiannya kami bisa mengurangi impor BBM. Karena katalis ini bisa mengolah atau mengubah minyak inti sawit menjadi bahan bakar nabati menjadi bentuk diesel, bensin, dan avtur," ujar Bambang menjelaskan.

Lebih lanjut Bambang menuturkan, Katalis Merah Putih ini masih dalam tahap uji coba dalam skala besar di Pertamina. Kendati demikian, untuk Katalis Merah Putih ini, pemerintah masih menghadapi tantangan.

Alasannya, apabila harga minyak bumi sedang murah, harga bahan bakar nabati akan terasa lebih mahal dibandingkan bahan bakar minyak. "Ini hal yang masih harus kami perbaiki supaya keekonomiannya lebih baik," ujarnya melanjutkan.

Drone Elang Hitam

Terakhir, produk riset super prioritas yang juga sudah dikembangkan adalah drone tempur elang hitam. Bambang menuturkan, pengembangan drone dilakukan sebab arah pertahanan Indonesia kini lebih mengarah pesawat nirawak semacam ini, bahkan lebih dibandingkan jet fighter.

Namun memang drone semacam ini biasanya diimpor penuh, sehingga pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi tengah mencoba drone militer buatan sendiri. Adapun proyek pengembangan drone ini dipimpin oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

"Rencananya, tahun ini first flight bisa dilakukan sekitar Agustus. Mudah-mudahan tahun depan atau paling lambat dua tahun lagi produksi massal, karena jika sudah first flight masih dibutuhkan sertifikasi dari Kementerian Pertahana sebelum bisa diproduksi massal," ujar Bambang menutup pernyataannya.

(Liputan6)
 

Follow us on social media

Top Bottom