Sedikit uneg-uneg
APBN 2023 sekitar 2440 trilliun rupiah untuk target penerimaan yang berasal dari pajak sekitar 2000 trilliun rupiah dan sisanya dari penerimaan non pajak seperti dividen BUMN dll.
Sementara pengeluaran pemerintah pusat ditargetkan sekitar 2200 trilliun rupiah dan transfer dana daerah sekitar 800 trilliun rupiah dengan defisit anggaran sekitar 598 trilliun rupiah atau sekitar 2,84 persen dari gdp.
Anggaran militer sekitar 134 trilliun rupiah atau kurang lebih 9 billion US Dollar, sementara perkiraan gdp Indonesia sekitar 1,392 trillion US Dollar itu berarti anggaran militer Indonesia kurang dari 0,9 persen dari total gdp.
Dari sini terlihat Indonesia sama sekali tidak serius untuk mengelola dan membangun postur kekuatan militernya, yang bahkan anggaran militer tidak ada 1/20 dari total nilai target pengeluaran negara di tahun 2023.
Berkaca dari budget negara yang memiliki postur ekonomi dan kompleks seperti Indonesia, India contohnya mereka sanggup mengeluarkan budget militer antara 2 hingga 3 persen dari total gdp, lalu juga negara G 20 lainnya Indonesia memiliki postur anggaran militer terkecil relatif dari total gdp yang dimiliki. Bila angka ideal 2 hingga 3 persen dari gdp tidak dapat tercapai setidaknya meningkatkan anggaran militer menjadi dua kali lipat dari nilai saat ini masih bisa diwujudkan, dengan anggaran senilai 260 triliun rupiah itu masih baru setara dengan nilai 1,7-1,8 persen dari total gdp dan masih jauh dibawah batas aman 1/10 total nilai target pengeluaran negara di saat damai.
Bila anggaran militer dinaikkan apa saja target yang ditetapkan yang ingin dicapai oleh TNI dan Kementerian Pertahanan?
Pertama tentunya modernisasi militer harus dilakukan dan ditingkatkan intensitasnya. Tidak hanya anggaran militer diperbesar untuk meningkatkan gaji dan pos seperti pensiun yang walaupun itu penting seharusnya gaji personal berada dalam porsi yang proporsional dan rasional. Pendidikan, penempatan kerja yang tepat dan pelatihan merupakan kunci pembangunan SDM yang berkualitas.
Kedua, menempatkan pedoman pembangunan kekuatan militer berdasarkan kebutuhan dan ancaman potensial sebagai acuan harus mulai ditinggalkan dengan mulai membangun ambisi menempatkan TNI sebagai global power yang mampu bersaing dengan kekuatan global dan menjaga kepentingan Nasional di manapun berada dalam lingkungan global. Indonesia memiliki sumber daya manusia ekonomi dan alam yang luar biasa besar, yang seharusnya menjadi dapur pacu ambisi menempatkan Indonesia sebagai global power. Dengan itu membangun postur kekuatan udara dan Laut merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam membangun postur tempur TNI kedepannya.
Ketiga, dengan anggaran militer yang lebih besar juga seharusnya menjadi insentif untuk membangun industri pertahanan Nasional yang lebih besar kuat dan efisien. Negara negara seperti Korea Selatan dan Turki membangun industri pertahanan yang kuat dari awal berdirinya dengan menggunakan anggaran militer mereka sebagai pondasi untuk industri industri mereka untuk berkembang dan bertahan dari serbuan produk industri pertahanan global. Pesanan pesanan dalam negeri dan keyakinan pemerintah mereka menjadi tumpuan hidup untuk industri pertahanan di negara tersebut untuk berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini.
Bagi banyak orang memiliki militer yang kuat dan industri pertahanan yang kuat tidak banyak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari orang orang tersebut hingga ancaman potensial yang ada teraktualisasi dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Kasus besar yang ada terlihat dalam konflik peperangan Russia Ukraine dimana sebelumnya Ukraine begitu menyepelekan militer dan industri pertahanan mereka, yang akhirnya mereka membayar dengan sangat mahal pelajaran tersebut. Dan menggantungkan perdamaian apalagi kedaulatan negara pada itikad baik negara lain merupakan kebodohan yang luar biasa dan tidak bisa dimaafkan.