Yang penting perubahan harus berjalan terus, jangan alergi sama segala bentuk perubahan yang baik, bahkan jika perubahan itu menuntut untuk kembali memakai cara lama di beberapa hal.
Sekarang aja udah. Gubernur yang masa jabatan abis sebelum 2024 bukan diganti secara demokratis, tapi top-down pusat langsung yang namanya Pj Gubernur, ke
roll back gak tu? Mau ke
roll back sampe mana? belom ngomongin IKN yang juga gak ada demokrasi kecuali untuk pemilihan pemerintah tingkat pusat. Sekarang ini yang ada harus nya terus improvement ke demokrasi yang udah ada, bukan balik lagi tambah otoriter, sama betul yang kamu bilang, pendidikan. Emang abis Orde Baru itu kemungkinan besar masyarakatnya gak tau apa-apa tentang politik, pemerintahan atau lainnya yang harusnya tau juga untuk demokrasi, jadinya standard kampanye partai-partai gak ada yang ditawarin atau sama semua bahkan.
Yang ngisi kehampaan itu agama (Islam) yang punya
urge ke politik praktis juga, jadinya subur ini barang, bagus untuk dipake kampanye, ini menurutku. Hampir gak ada pandangan lain,
kagok sama ideologi-ideologi an pasca Orde Baru , yang mana Orde Baru cuma ngomong Pancasilaaaa aja, karet banget juga itu, aku pun ngapa-ngapain atas nama Pancasila juga bisa.
Kalo emang ngerasa otoritarian tapi teknokratis itu seksi, China yang dibilang komunis-komunis sama orang-orang kanan-jauh sini kayak gitu. Apa gak negara-negara teluk itu; UAE, Saudi, Qatar dll. Itu kalo Islamis kanan-jauh sini di UAE, baru kerasa mereka gak bisa gerak secara politik. MBZ yang bahkan sebelum jadi raja udah punya pengaruh besar di politik sana ngelarang Al-Islah politik-politikan, jadi cuman aktif kayak kemanusiaan-kemanusiaan apa laziz-laziz gitu.
Gimana pun, kayak gitu tetep gak sehat. Gak ada check and balances, yang pihak beda sama stance pemerintah gausah berharap banyak, masih hidup aja udah bagus, gak ada namanya dari bawah ke atas, jadi jangan harap kalo ada yang punya suatu pandangan politik/penawaran solusi bisa naik ke pemerintahan dll, atas ke bawah pokoknya.
Literally, jadi
green card holder di negara sendiri, yang punya negara penguasa, “gak usah terlibat urusan negara wahai rakyat-rakyat jelata, kita bebas ngapain aja. Negara punya kita”.
Edit: laziz huruf belakang harusnya ‘s’