Indonesia Casual Discussion Warkop Indonesia

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Gak ada jeleknya masalah ini kepermukaan, bahkan bagus. Iya, sekarang sakit untuk pihak pemerintah mungkin karena dihujat dll, tapi gak ada langkah korektif yang gak sakit.

Ini juga bagusnya demokrasi sama oposisi. Check and balances itu ada, gak kayak di negara yang cuman punya satu orang atau golongan aja, yang lain cuman numpang sama cuman bisa tunduk sama yang berkuasa tanpa ada demokrasi alias otoritarian. Ku bilang lagi, seburuk-buruknya demokrasi, masih lebih baik daripada yang lain yang pernah ada.
 

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Ini juga bagusnya demokrasi sama oposisi. Check and balances itu ada, gak kayak di negara yang cuman punya satu orang atau golongan aja, yang lain cuman numpang sama cuman bisa tunduk sama yang berkuasa tanpa ada demokrasi alias otoritarian. Ku bilang lagi, seburuk-buruknya demokrasi, masih lebih baik daripada yang lain yang pernah ada.
Kalo masih ada yang in favour of authoritarianism di luar sana, gak tau lagi aku. Gak bisa namanya ngritik atau yang lain ke pemerintah, HAM gak ditegakin wkwk, entah mati, ngungsi, ilang, gak ada freedom of speech.

Maka tolong hargai perbedaan to embrace democracy. Semua itu perlu ditanyakan, bahkan kalo mau terbuka banget, sampe agama pun dipertanyakan, gak ada yang imun atau dilindungi dari kritik.
 

Gundala

Well-known member
Messages
415
Reactions
1 506
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
pertanyaannya sampai kapan Mado, reformasi sudah berjalan hampir 25 tahun, ini sudah satu generasi. semestinya prinsip tata kelola yg benar benar bersih itu sudah jalan, sayang Gus Dur itu terlalu cepat masuk jaman.
Ga fair juga kalo kita bilang ga ada kemajuan dibandingkan sebelum reformasi. Yang fundamental ada, yang terlihat juga ada. Yang tambah jelek ada juga. Sayangnya perubahan reformasi kemarin tidak diikuti oleh perubahan elit politik, elitnya masih sama/orde baru. Itu salah satu variable yang bikin masih sulit melakukan perubahan yang punya efek gedor. IMHO. Bahkan sampai sekarang pemilik partai ya sebagian besar masih produk orde baru 😁
 

chibiyabi

Contributor
Messages
486
Reactions
3 403
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Togo
Ga fair juga kalo kita bilang ga ada kemajuan dibandingkan sebelum reformasi. Yang fundamental ada, yang terlihat juga ada. Yang tambah jelek ada juga. Sayangnya perubahan reformasi kemarin tidak diikuti oleh perubahan elit politik, elitnya masih sama/orde baru. Itu salah satu variable yang bikin masih sulit melakukan perubahan yang punya efek gedor. IMHO. Bahkan sampai sekarang pemilik partai ya sebagian besar masih produk orde baru 😁
klo saya ya, urusan politik kepartaian itu sudah, ga bisa diapa apakan, partai emg harus independen, waktu sudah membuktikan, hanya umur yang bisa menghabisi dan membatasi ambisi politik, contoh nyata Amin Rais. jadi ya biarkan tetua tetua itu habis ambisi politiknya oleh umur :D :D :D

yg semestinya bisa digeber itu ya birokrat dan penegakkan hukum, sudah bukan saatnya ukur mengukur kekuatan, inget lo, poros negeri yg paling kuat itu TNI dan bisa mengendalikan dirinya dengan sangat baik, dari ambisi kekuasaan yg sudah mereka genggam puluhan tahun. Entah kenapa SBY sebagai salah satu arsitek reformasi TNI, saat berkuasa alpa membenahi birokrat dan penegakkan hukum, padahal jaman dia adalah jaman paling stabil secara ekonomi dan politik, tentu saja diluar meweknya golongan moncong putih :D :D menghasilkan golongan menengah yg jadi penggerak ekonomi sekarang. memang krisis 2008 dan 2013 rada berat, tapi klo ingat momentum itu rasanya sangat sayang sekali..
 

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Sayangnya perubahan reformasi kemarin tidak diikuti oleh perubahan elit politik
Partai-partainya aja masih gak demokratis di dalemnya, isinya sycophant nya ketum, yang keliatan banget sekarang PDIP, lagi dapet lampu mereka di panggung.

Semua keputusan dari Ketum. Apa-apa ketum, ya jadi partai satu orang lah. Iya emang ketumnya tetep di atas situ karena hasil kongres atau apa namanya, tapi salah juga semua keputusan cuma perlu tanda tangan ketum doang. Harusnya ada kayak parlemennya lagi apa gimana gitu yang mana orang terpilih secara demokratis dari daerah naik ke pusat jadi parlemen parta gitu, jadi bukan apa-apa cuma perlu ketum aja, perlu ttd semacam parlemennya juga, gak bisa semena-mena gitu, ada parlemen yang nyandung, jadi udah 2 kekuatan itu yang ada, bukan 1 kuat banget, kurang yudikatif sama pengawasnya.

Keliatan banget pas Gibran jadi calon walikota dari PDIP. PDIP daerah agak setengah hati juga, tapi gimana, anda orang daerah tu cuman tim sukses doang, subordinat doang, tim hore doang, keputusan siapa caleg, cagub dan calon-calon lainnya ketum.

Ini tambah lagi Puan. Yakin aku kalo didalem partai demokratis, gak bakal dia jadi capres dan lagi-lagi yang vokal PDIP Surakarta, berani agak ngelawan ibu otoriter itu, tapi tetep masih hesitant, maklum emang masih harus baik hubungannya sama ketum kalo mau bergerak bebas, gatau tau sampe kapan.

Tapi pasti bukan cuman PDIP itu, semua, tapi sekarang lagi gak gejolak aja. Solusinya partai baru yang emang internalnya demokratis dulu apa gak ada reformasi dalam partai-partai itu. Kalo ngeliat contoh partai-partai negara lain kan bisa itu satu partai ada caucus/faksi beda-beda, nanti yang naik puncak masa itu faksi mana secara demokratis juga.

Edit: Ketum gak dapet kritik ya gitu. Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely. Kekuatan itu emang bikin semena-mena, makanya jangan terlalu kuat, bahkan ini berlaku untuk aku sendiri atau semua orang juga, harus ada yang ngoreksi kita dan kita harus sadar itu.
 
Last edited:

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Jangan lupakan Demokrat. Bisa-bisanya amateur dunia politik dan kalah telak pilkada Jakarta loncat langsung jadi ketua umum Demokrat 🤣🤣🤣

Minimal jadi bupati dulu kaya Gibran dan Jokowi. Eh ini langsung ikutan caleg dan terpilih jadi ketua umum. Klo Demokrat sesuai namanya, dia ga akan dipilih jadi ketua umum 🤣

Kasus Gibran dan Puan rasanya masih ga ada apa-apanya dibandingkan dia yg langsung jadi ketua umum 🤣🤣

Keduanya sama-sama partai keluarga.
Kepala suku nomor 1 dong, bebas. Anda rakyat jelata bisa nonton doang, entah 2024 keluar nama siapa, bahkan anggota partai tingkat daerah mungkin gak tau apa-apa soal itu, mereka gak terlibat, pokoknya tunduk ke ketum.

Sini emang partai kayak beda geng doang. Kalo tentara apa organisasi kayak mafia atau geng, emang gak boleh pake demokrasi, apalagi pas operasi. Kalo tentara pake demokrasi, gak ada yang mau maju ngrangsek, harus top-down otoriter. Tapi ini negara demokrasi gitu lho, partai-partai harusnya dalem itu demokratis juga, bukan negara junta apa apalah namanya, kita ini ya manusia merdeka atau independen, bukan subordinat penguasa, harus demokrasi. Partai-partai nya aja pada mental top-down gitu yang ada bawah-bawahnya kalo mau naik jadi sesuatu ya jadi sycophant ke ketum.

Rakyat jelata gak bisa ngubah apa-apa, kalo partai demokratis gitu kan bisa masuk partai terus kondang kita disitu, anggota lokal mungkin banyak seneng kita, terus naik jabatan, kalo top-down gitu gimana? Ya orang atas itu kenalnya orang atas juga lah.

Gerindra tentang Ahmad Dhani jadi caleg 2024 sebenernya juga bisa jadi contoh. Dia orang Jakarta atau Jabodetabeklah, geografis deket sama kepala suku. Masak mau jadi caleg pake dapil Jatim? Itu orang-orang partai yang dapil situ jadi apa? Tim hore doang? Suruhan doang? Kalo aku gitu sih marah, “Anjing. Siapa dia? Aku udah lama bangun partai disini yang jadi caleg DPR RI sini orang ibu kota. Kacung doang emang orang daerah”.

Edit: Puan itu juga dapil nya daerah Solo Raya dia. Tau apa dia tentang Solo? Orang lokal aja bukan. Ketum asal tanem aja emang, jatah orang lokalnya entah, pasti ada sih, tapi harusnya ya orang partai daerah situ juga yang milih yang naik siapa.

Ideologi? Ideologi apa? Populis berpihak ke rakyat kecil semua, anti asing semua, Pancasila semua. Ideologinya ya sycophanism.
 
Last edited:

Gundala

Well-known member
Messages
415
Reactions
1 506
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kepala suku nomor 1 dong, bebas. Anda rakyat jelata bisa nonton doang, entah 2024 keluar nama siapa, bahkan anggota partai tingkat daerah mungkin gak tau apa-apa soal itu, mereka gak terlibat, pokoknya tunduk ke ketum.

Sini emang partai kayak beda geng doang. Kalo tentara apa organisasi kayak mafia atau geng, emang gak boleh pake demokrasi, apalagi pas operasi. Kalo tentara pake demokrasi, gak ada yang mau maju ngrangsek, harus top-down otoriter. Tapi ini negara demokrasi gitu lho, partai-partai harusnya dalem itu demokratis juga, bukan negara junta apa apalah namanya, kita ini ya manusia merdeka atau independen, bukan subordinat penguasa, harus demokrasi. Partai-partai nya aja pada mental top-down gitu yang ada bawah-bawahnya kalo mau naik jadi sesuatu ya jadi sycophant ke ketum.

Rakyat jelata gak bisa ngubah apa-apa, kalo partai demokratis gitu kan bisa masuk partai terus kondang kita disitu, anggota lokal mungkin banyak seneng kita, terus naik jabatan, kalo top-down gitu gimana? Ya orang atas itu kenalnya orang atas juga lah.

Gerindra tentang Ahmad Dhani jadi caleg 2024 sebenernya juga bisa jadi contoh. Dia orang Jakarta atau Jabodetabeklah, geografis deket sama kepala suku. Masak mau jadi caleg pake dapil Jatim? Itu orang-orang partai yang dapil situ jadi apa? Tim hore doang? Suruhan doang? Kalo aku gitu sih marah, “Anjing. Siapa dia? Aku udah lama bangun partai disini yang jadi caleg DPR RI sini orang ibu kota. Kacung doang emang orang daerah”.

Edit: Puan itu juga dapil nya daerah Solo Raya dia. Tau apa dia tentang Solo? Orang lokal aja bukan. Ketum asal tanem aja emang, jatah orang lokalnya entah, pasti ada sih, tapi harusnya ya orang partai daerah situ juga yang milih yang naik siapa.

Ideologi? Ideologi apa? Populis berpihak ke rakyat kecil semua, anti asing semua, Pancasila semua. Ideologinya ya sycophanism.
Dua-duanya perlu perbaikan, dari mulai partai politik sampe rakyat yang milih perlu di edukasi juga. Sejauh ini kan reformasi sudah menghasilkan beberapa kepala daerah yang memang punya kualitas. Sejauh-jauhnya partai memajukan calon sebenarnya kedaulatan toh ada di tangan rakyat yang memilih, ujungnya tetap ada rekonsiliasi untuk mengakomodasi kemauan rakyat. Itu signifikan dibanding dulu yang hanya droping dari pusat. Yang penting perubahan harus berjalan terus, jangan alergi sama segala bentuk perubahan yang baik, bahkan jika perubahan itu menuntut untuk kembali memakai cara lama di beberapa hal.
 

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Yang penting perubahan harus berjalan terus, jangan alergi sama segala bentuk perubahan yang baik, bahkan jika perubahan itu menuntut untuk kembali memakai cara lama di beberapa hal.
Sekarang aja udah. Gubernur yang masa jabatan abis sebelum 2024 bukan diganti secara demokratis, tapi top-down pusat langsung yang namanya Pj Gubernur, ke roll back gak tu? Mau ke roll back sampe mana? belom ngomongin IKN yang juga gak ada demokrasi kecuali untuk pemilihan pemerintah tingkat pusat. Sekarang ini yang ada harus nya terus improvement ke demokrasi yang udah ada, bukan balik lagi tambah otoriter, sama betul yang kamu bilang, pendidikan. Emang abis Orde Baru itu kemungkinan besar masyarakatnya gak tau apa-apa tentang politik, pemerintahan atau lainnya yang harusnya tau juga untuk demokrasi, jadinya standard kampanye partai-partai gak ada yang ditawarin atau sama semua bahkan.

Yang ngisi kehampaan itu agama (Islam) yang punya urge ke politik praktis juga, jadinya subur ini barang, bagus untuk dipake kampanye, ini menurutku. Hampir gak ada pandangan lain, kagok sama ideologi-ideologi an pasca Orde Baru , yang mana Orde Baru cuma ngomong Pancasilaaaa aja, karet banget juga itu, aku pun ngapa-ngapain atas nama Pancasila juga bisa.

Kalo emang ngerasa otoritarian tapi teknokratis itu seksi, China yang dibilang komunis-komunis sama orang-orang kanan-jauh sini kayak gitu. Apa gak negara-negara teluk itu; UAE, Saudi, Qatar dll. Itu kalo Islamis kanan-jauh sini di UAE, baru kerasa mereka gak bisa gerak secara politik. MBZ yang bahkan sebelum jadi raja udah punya pengaruh besar di politik sana ngelarang Al-Islah politik-politikan, jadi cuman aktif kayak kemanusiaan-kemanusiaan apa laziz-laziz gitu.

Gimana pun, kayak gitu tetep gak sehat. Gak ada check and balances, yang pihak beda sama stance pemerintah gausah berharap banyak, masih hidup aja udah bagus, gak ada namanya dari bawah ke atas, jadi jangan harap kalo ada yang punya suatu pandangan politik/penawaran solusi bisa naik ke pemerintahan dll, atas ke bawah pokoknya. Literally, jadi green card holder di negara sendiri, yang punya negara penguasa, “gak usah terlibat urusan negara wahai rakyat-rakyat jelata, kita bebas ngapain aja. Negara punya kita”.

Edit: laziz huruf belakang harusnya ‘s’
 
Last edited:

morningstar

Experienced member
Messages
2,123
Reactions
3 1,384
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kalo emang ngerasa otoritarian tapi teknokratis itu seksi, China yang dibilang komunis-komunis sama orang-orang kanan-jauh sini kayak gitu.
Mungkin karena saking pragmatis nya Deng, dia gak setuju sama demokratisasi China. *Ehem tank di Tiananmen ehem*

Tapi ada juga dari CCP itu yang pro demokrasi dan gak lancar hidupnya di pemerintahan wkwk, Hu Yaobang sama Zhao Ziyang. Buka ekonomi swasta boleh masuk belum cukup menurut mereka, pemerintahan seharusnya sistem terbuka juga. Mungkin ada juga tokoh lain yang aku belum tau.
 

Lordimperator

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
4,569
Reactions
1 2,516
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Var Dracon

Well-known member
Messages
446
Reactions
1 473
Nation of residence
Indonesia
lol, Pirates of Nusantara
Hmmm, reminds me of how Srivijaya became rich (albeit, of course, in a different form): They obliged vessels to dock at their port (presumably so they can be taxed) and will kill the crew of a ship that refused to do that

At least Majapahit did not do the same (or isn't recorded doing the same). Most of the Majapahit riches come from trading, as far as Aden and Jeddah
 

Follow us on social media

Top Bottom