Bapak2nya dapat "amplop" untuk ungkapan terima kasih ga.
Latest Thread
Bapak2nya dapat "amplop" untuk ungkapan terima kasih ga.
looks like japanese copy of browning, the Ho-103, kudos to that guy keeping it well maintained.
Memang disini kan cuma pengamat bukan pelaku jadi kalau berharap solusi ya jauh panggang dari api.Mestinya iya, tapi beberapa orang di forum (ini dan forum lain) pesimis terus, bilang ini masalah, itu masalah, semuanya masalah sehingga ToT hanya little to none. Kasel dibilang gak ada ToT, IFX dibilang gak ada ToT, Medium Tank gak ada ToT. Ya kesel, orang mau cari informasi malah isinya orang2 yang cuma mau meremehin doang, tapi gak ada solusi.
Halah kalian mau sampai berbusa busa disini juga ga ngaruh kan. Yang menentukan lanjut tidak, pakai komponen ini itu, dibuat dimana juga bukan kalian kan? Sabar saja tunggu arahnya ini bakal kemana, btw ini semua kok pada ngomong negatif mulu tone nya. Apa kalau dipegang "new mind" nya bossman cara bernegaranya baru bisa bener, seperti klaimnya?
Memang disini kan cuma pengamat bukan pelaku jadi kalau berharap solusi ya jauh panggang dari api.
Dikasih TOT masalahnya industri tanah air siap gak nerima TOTnya ?Emang yang sekarang kita ga dapet transfer teknologi?
Ya namanya juga pengamat/enthusiast, atau seminimal-minimalnya rakyat negara demokrasi yang bayar pajak dsb, berhak dong punya concern tentang isu-isu tertentu di negaranyaMemang disini kan cuma pengamat bukan pelaku jadi kalau berharap solusi ya jauh panggang dari api.
Yoo siap-siap bakar menyan.
Yang jadi masalah dengan keikutsertaan di proyek KFX khan karna kita cuma dapet OJT kan engineer kita dan tempel sticker. Sangat berbeda dengan CN-235 dimana kita punya andil besar dalam designnya (termasuk IP Right nya). Kalau porsi IP Right jatahnya Airbus bisa kita beli, sangatlah layak kalau CN-235 di claim sebagai "Karya Anak Bangsa"Well, gue salah satunya. Dan ini gak worth banget buat jadi barang ketawaan unless, ofcourse, if it comes from people who would prefer we keep buying stuffs from or through them instead of learning step by step how to make them ourselves.
Keep in mind kl soal "support bgt" nya gw itu gak buat jadi cheerleader dan hype machine "Karya Anak Bangsa" bullshit kalo memang cuma sekedar ganti plat nama dan kosmetik doang (looking at you, ******) - kl soal ini gw tarik garis batas yang jelas. Heck, soal pasal "ToT" aja udah jelas kl di Indonesia banyak yang salah kaprah kok. Tapi gw gak malu ngakuin kl support gw buat proyek-proyek joinan seperti KFX ini - termasuk Harimau, ZAHA, dst... - itu karena gw yakin semua proyek tadi bakal jadi booster buat "hidden potentials" yang ada di negara ini.
Tentunya, selama proyek-proyek tadi di manage dgn bener dan dilucuti dari mental overproud + jargon2 "KAB" kepar*t itu aja...
Yang penting isa terbang dulu dan mendarat dengan selamatIni IFX blok I baru bisa serang udara - udara ya?
Nach ini dia problemnya di proyek KFXKorea Selatan lewat KAI sudah dan sedang membuat sekitar enam unit prototipe pertama pesawat KF21 Boramae, dan gak ada satupun sparepart atau bagian yang diminta dibuat di Indonesia bahkan minimal baut dan flap sayap pun kagak. Kalo dari awal mereka jelas ngasih roadmapnya apa yang harus dilakukan oleh Indonesia selama proyek berjalan atau minimal seperti CN235 dimana Indonesia dari awal sudah terlibat proses produksi prototipe pesawat sampai sebelum terbang perdana, pemerintah juga ga bakalan ngulur ngulur termin pembayaran urunan proyek sampai sekarang.
Itu pesawat murni buatan Korea Selatan, sampai pemilihan onderdil juga ngacunya pada kebutuhan Korea Selatan, ga usah diaku aku buatan bersama karena sampai sekarang kontribusi Indonesia terhadap prototipe itu apa sih? Proyek juga jalan terus kok selama engineer Indonesia ditarik dari Korea Selatan dan sesuai target mereka. Sama kek ZAHA itu murni buatan Turki dan untuk kebutuhan angkatan bersenjatanya Turki, ga usah pake diaku aku.
Kita bayar royalti biar boleh tempel stiker buatan Indonesia dan PT DI atau Pindad apa sih susahnya ngakuin. Yang bener bener buatan Indonesia itu kalo sudah modelnya kek LPD, Anoa, NC212, CN235 dan sejenisnya
Jangan remehkan sebuah gubuk. Ingat yach negara kita ini medan nya TROPIS aka Tropical Rainforest aka Tropical Mountanous Jungle. Sangat berbeda sekali bahkan dengan Vietnam yg walaupun sama Tropical Rainforest tapi relatif datar.Kolonel boleh keluyuran pake Rubicon atau LC300 di mangga besar, prajurit garis depan harus terima nasib View attachment 44634
Jadi memang harus
hooi mas... bangun begituan mah gampang. Pertanyaannya BUAT APAWe should train and instruct the soldiers to build these instead:
View attachment 44640
View attachment 44641
So the French revived star fort design for their anti-insurgency campaign. We can try building these for FOB around Papua, just building the inner circle will be enough in most cases. It wouldn't be that difficult or expensive, because they are basically just dirt, but well made.
Pakai karung goni lebih murah dan sama efektifnya utk nahan pelor dan shrapnel, tinggal masalah penempatannya aja yg harus pasHesco Bastion itu murah lho, ga usah yang original juga ga masalah, beli dari China dapet murah. Cuma kalo Alphard atau land Cruiser atau range Rover itu memang prioritas utama buat pejabat sih
Revolusi Mental dulu khususnya di birokrasi pemerintahan dari pusat (lementrian) sampai di level kelurahan. Bersamaan dgn itu kembalikan kurikulum pendidikan kita ke basis STEM (Scientific, Technical, Engineering, Mathematic)Jadi apa solusinya supaya bisa bener2 dapat transfer teknologi for real. Kalo semua kebijakan dianggap salah, lalu yang benar apa?
Bener, kita bayar utk $2 Bill mmg hanya utk teknisi kita "OJT" urun rembug desain KFX/IFX disana masih blm ada pembicaraan lbh lanjut utk part mana yang akan dibuat di mari berkaca dl dibanding dgn cth TOT CN 235 & N212,LPD ,SS 1 masih jauh,mmg utk overpride "karya anak bangsa"& "buatan dalam negeri" harus dipikirkan kembali karna uda banyak kasus spt ( tot chabogo yang skrg hasilnya krg optimal ,tot kfx /ifx yg tdk dilibatkan test fligt,tdk dpt akses ke bbrp core tech inti,blm ada pembahasan part ygb dimuat mana/apa hanya jahit disini?,caracal (hanya kebagian ngecat?) ,harimau (masih diperdebatkan yg dibuatdisini apa saja?,TOT damen sigma yg cmn rakit modul dsb seharusnya bisa jadi bahan pembelajaran seharus nya sbg contoh adalah Turki dan Korsel berawal dari membeli lisensi perakitan F 16 dalam negeri ,lisensi U 202 & 209 mereka Skrg melangkah membuat pesawat baru (KFX&TFX),kuncinya kita seharusnya memperkuat kemampuan industri dalam negeri dulu untuk menyerap TOT tsb bisa dgn menyiapkan industri semikonduktor kita dalam membuat mil grade componet (chip,transitor dsb),kemapuan untuk membuat baja grade mil utk kasel & kaprang dsb untuk bisa menyerap TOT tsb
Nach ini dia betul sekali Problem utama sebenarnya adalah kapabilitas industri kita, khususnya SDMDikasih TOT masalahnya industri tanah air siap gak nerima TOTnya ?
contoh perlu adanya pembangunan pabrik penghasil semiconductor Mil grade component utk electronic TOT dgn LEN
ilmu utk membuat baja military grade utk baja kaprang atau Kasel
dateng... dateng... kok tenang aja. Pertanyaan nya tinggal kapan dan berapa unitnyaYoo siap-siap bakar menyan.
"F15IDN, F15IDN, F15IDN..."
Hhh, saya bersyukur banget jadi koresponden di kerjaan sekarang karena bisa escape dari lingkungan seperti itu. Ya walaupun jadi dinilai ekslusif, atau sok sekalipun ya bodo amatlah. Saya dateng ke event apapun juga niatnya buat cari berita bukan cari amplopan.Sebenarnya yg buat narasi overproud itu pemerintah sendiri lho. Publik khan percaya aja apa kata wartawan dan para buzzer binaanistana. Sedangkan wartawan& buzzer binaan nya yg ngeliput tergaantung amplopan, bener ga
Oh ini setuju.Bersamaan dgn itu kembalikan kurikulum pendidikan kita ke basis STEM (Scientific, Technical, Engineering, Mathematic)
Kurangnya kuantitas SDM berkualitas? Atau malah sebenarnya banyak SDM yang berkualitas dan capable tapi gak pernah ada upaya serius buat mewadahi mereka?Problem utama sebenarnya adalah kapabilitas industri kita, khususnya SDM
Naini. The 5 million dollar questions.dateng... dateng... kok tenang aja. Pertanyaan nya tinggal kapan dan berapa unitnya
Kalau kita milih wedgetail bakalan ada yang di downgrade gak ya.
F35 gak boleh.
F15EX desas desus gak boleh pake EPAWSS.
Current user wedgetail masih sebatas sohib deketnya AS, kalo kita beli bakalan jadi pembeli pertama yang bukan sohibnya AS.
Wah ini.... ujung dsikusi dimari kebanyakan mentok disini ini.berani bayar
Wah ini.... ujung dsikusi dimari kebanyakan mentok disini ini.
Menanti datangnya masa dimana yang jadi pertanyaan adalah beli x berapa biji? Bukannya berani bayar apa engga, cari utangan, nego cicilan, nego ketengan dan FFBNW.
Ya dilihat toh konteks pembicaraanya. Pos TNI di pedalaman Papua kondisinya terlalu buruk. Terlalu mudah diserang oleh KKB, dan terbukti kan sering terjadi penyerangan. Jika ada fortifikasi untuk pos2 itu maka menyerangnya akan terlalu sulit bagi KKB untuk menyerangnya, apalagi mereka gak punya senjata berat.hooi mas... bangun begituan mah gampang. Pertanyaannya BUAT APA
Kurang setuju, baik SAINTEK maupun SOSHUM sama-sama penting. Mengembangkan SAINTEK bukan berarti harus mengabaikan SOSHUM. Disini peran pendidikan tinggi mestinya lebih dominan karena kalo sudah level PT itu udah disaring minat dan bakat para muridnya. Tapi kalo kurikulum dasar dibuat STEM semua, maka pengembangan minat dan pendidikan di bidang ilmu sosial-humaniora akan tersendat, sedangkan bidang Hankam-pun butuh keduanya (ya lihat saja kan Lemhannas mendidik kader nasional, dan kurikulumnya jelas Soshum).Bersamaan dgn itu kembalikan kurikulum pendidikan kita ke basis STEM (Scientific, Technical, Engineering, Mathematic)
Nolak amplopan (rejek)i ga baik lho mas . Yg dirumah khan juga pingin isinya amplopanHhh, saya bersyukur banget jadi koresponden di kerjaan sekarang karena bisa escape dari lingkungan seperti itu. Ya walaupun jadi dinilai ekslusif, atau sok sekalipun ya bodo amatlah. Saya dateng ke event apapun juga niatnya buat cari berita bukan cari amplopan.
Jadi kl tanya saya soal "kultur" amplopan gitu ya saya angkat tangan.
Kalau pertanyaan nya apakah kita punya SDM yg kualitas nya memadai, tentu saja kita punya. TETAPI, kita punya berapa banyak dan berapa percent dari mereka yg bersedia utk meninggalkan profesi / pekerjaan mereka yg sekarangKurangnya kuantitas SDM berkualitas? Atau malah sebenarnya banyak SDM yang berkualitas dan capable tapi gak pernah ada upaya serius buat mewadahi mereka?