Well, gue salah satunya. Dan ini gak worth banget buat jadi barang ketawaan unless, ofcourse, if it comes from people who would prefer we keep buying stuffs from or through them instead of learning step by step how to make them ourselves.
Keep in mind kl soal "support bgt" nya gw itu gak buat jadi cheerleader dan hype machine "Karya Anak Bangsa" bullshit kalo memang cuma sekedar ganti plat nama dan kosmetik doang (looking at you, ******) - kl soal ini gw tarik garis batas yang jelas. Heck, soal pasal "ToT" aja udah jelas kl di Indonesia banyak yang salah kaprah kok. Tapi gw gak malu ngakuin kl support gw buat proyek-proyek joinan seperti KFX ini - termasuk Harimau, ZAHA, dst... - itu karena gw yakin semua proyek tadi bakal jadi booster buat "hidden potentials" yang ada di negara ini.
Tentunya, selama proyek-proyek tadi di manage dgn bener dan dilucuti dari mental overproud + jargon2 "KAB" kepar*t itu aja...
Mangga cep, sok atuh tuang heula
Lah iya. Disini gw liatnya sama aja dengan geopolitik alias gak ada "sahabat" atau "musuh" sejati. Yang ada cuma kepentingan.
Jaman PDII, Stalin baik-baikin negara-negara bagian Uni Soviet yang banyak muslimnya supaya mereka kirimin SDM buat ikut perang di pihak Soviet - "za rodinu" ceunah. Setelah PDII kelar, mereka ya balik lagi di represi oleh pemerintahan yang sama. Selama PDII juga, Hitler apa Himmler gitu yang katanya terkagum-kagum dengan "fighting spirit" nya muslim dan lalu jadi salah satu alasan bikin pasukan SS yang sebagian anggotanya orang2 muslim Bosnia. Tapi ujung2nya tetep aja dianggap "untermensch", sub-human.
Jadi suka gemes sama mereka yang segitu yakinnya kalau negara A atau B atau C itu "sahabat umat".