Dari interaksi ku dgn mereka yg pro invasi Rusia ke Ukraina, mereka rata-rata menggunakan sudut pandang kacamata saat Indonesia dulu invasi Timor Leste dan berpikir Timor Leste legit sejak awal bagian dari Indonesia bekas jajahan Belanda, sama seperti daerah Indonesia lain. Jadi mereka anggap posisi Timor Leste dan Ukraina seperti Aceh atau Papua yg ingin pisah. Padahal Timor Leste bekas jajahan Portugis lol. Ini salah satu gagalnya edukasi sejarah Indonesia di sekolah.
"Jadi wajar dong klo Rusia serang dan rebut wilayah Ukraina, kan Ukraina sejak awal adalah wilayah Rusia, sama seperti Aceh dan Timor Leste dengan Indonesia dulu" begitu kira2 jalan pemikiran mereka.
Menurutku pernyataan "Indonesia itu harus tetap dalam garis perbatasan Hindia Belanda,
forever", itu berpikiran sempit
Mau sampai kapan seperti itu? apakah indentitas bangsa ini harus selalu dibayang-bayangi kolonialisme? Kita hanya ada karena penjajahan Belanda? Maka kita tidak boleh melangkahi Belanda dengan menentukan nasib kita sendiri, termasuk wilayah kita sendiri tanpa bergantung pada sejarah kolonialisme?
TIDAK DISEBUTKAN DALAM UUD 45 BAHWA KITA ADALAH "BEKAS JAJAHAN BELANDA"
Lagipula pernyataan "Indonesia = bekas jajahan Belanda" itu mitos yang hanya dipercaya orang naif. Kemerdekaan Indonesia bukan digantungkan pada argumen abstrak dan klaim kosong semacam itu, tapi melalui
perjanjian yang didapat dari pengorbanan.
Sejarah kita penuh dengan
mitos untuk membodohi masyarakat awam. 17 Agustus 1945, itu hanya proklamasi, kemerdekaan sebenarnya adalah 1949 melalui Konferensi Meja Bundar.
Tapi apakah kita menurut kepada KMB? Tidak kan? Buktinya kita tetap klaim kemerdekaan 17-8-45, dan klaim Papua adalah wilayah Indonesia, padahal menurut KMB wilayah kita, bekas Hindia Belanda, cuma sampai Sulawesi dan Maluku saja.
Saya kira di antara masyarakat, banyak kaum muda yang mendukung Hatta, mengira dia adalah jawaban untuk segalanya. Faktanya si
pasifis ini menerima KMB dan menolak masuknya Papua ke Indonesia, dan karena itu tidak setuju dengan Trikora. Padahal tanpa Trikora, maka tidak akan ada Perjanjian New York, dan Papua tidak akan menjadi bagian dari Indonesia. Perjanjian New York itu berbeda dengan KMB, tidak sepaket, dan UU penyatuan Timor Timur itu beda lagi.
Tidak ada satupun perjanjian itu yang bergantung pada Belanda, kita sengaja melanggar KMB, mengintegrasikan Papua dan Timor Timur, semua itu dengan tidak memperdulikan pendapat Belanda.
Seroja tidak ada bedanya dengan Trikora, dan tindakan kita di Timor Timur tidak ada bedanya dengan India di Goa. Siapa bekas penjajahnya itu tidak relevan, sejarah itu dinamis, bangsa harus melihat ke depan, bukan melulu ke belakang.
Hanya karena beberapa dari kita mencoba
coping dan membenarkan Habibie, lantas kita menyetel
mitos bahwa "oh Indonesia itu harus bekas jajahan Belanda".
ITU OMONG KOSONG SEMUA!