Indonesia Casual Discussion Warkop Indonesia

trishna_amrta

Experienced member
Messages
1,606
Reactions
1,925
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Well kalo Wedgetailnya bisa Dateng duluan lebih bagus malah
Memang nya sudah ada LoI utk Wedgetail? Bagus2x aja kalau sudah ada

Yang bikin desas desus kebanyakan sobat ura dan penggemar bebek Peking. Epawss dapet kalo dimari berani bayar, ini desas desus yang sama dengan yang bilang Indonesia ga bakal dikasih AMRAAM atau kalau dapet juga harus distok di AS
Apa bedanya para 🦆Peking ama si bocah Twitter. Cuma beda polaritas doank mereka
 

trishna_amrta

Experienced member
Messages
1,606
Reactions
1,925
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Ya dilihat toh konteks pembicaraanya. Pos TNI di pedalaman Papua kondisinya terlalu buruk. Terlalu mudah diserang oleh KKB, dan terbukti kan sering terjadi penyerangan. Jika ada fortifikasi untuk pos2 itu maka menyerangnya akan terlalu sulit bagi KKB untuk menyerangnya, apalagi mereka gak punya senjata berat.

Lihat sejarah, dulu perlawanan kerajaan2 di Indonesia melawan Londo bisa ditumpas dengan strategi benteng. Dulu para pejuang juga punya senjata api, tapi karena yang dilawan fortifikasi, maka penyerangan secara frontal gagal terus. Ya kita ambil pelajaran dari sini dan implementasikan dengan ide yang sama. Wong di Ukraina kan terbukti mereka bikin pos pertahanan yang bagus maka musuh yang canggih pun bisa ditahan, apalagi cuma KKB.
Konsep kita kalau operasi domestik itu TNI Manuunggal dengan Rakyat. Kalau kita bikin benteng model seperti itu maka anggota kita akan "terpisah" dari masayarakat sekitar nya. Dan kalau sudah seperti itu nanti akan mirip dgn pasukan koalisi nya NATO di A-stan, RAQ, dan NAM. Tau sendiri khan mereka akhirnya bagaimana di tempat2x tsb

Ingat, lawan kita di operasi domestik itu lawan asymetric sangat lah berbeda dgn saat melawan Chartered Companies di era Imperialisme, dimana perang nya symetric.

Kurang setuju, baik SAINTEK maupun SOSHUM sama-sama penting. Mengembangkan SAINTEK bukan berarti harus mengabaikan SOSHUM. Disini peran pendidikan tinggi mestinya lebih dominan karena kalo sudah level PT itu udah disaring minat dan bakat para muridnya. Tapi kalo kurikulum dasar dibuat STEM semua, maka pengembangan minat dan pendidikan di bidang ilmu sosial-humaniora akan tersendat, sedangkan bidang Hankam-pun butuh keduanya (ya lihat saja kan Lemhannas mendidik kader nasional, dan kurikulumnya jelas Soshum).
ok sepertinya penyampaian saya sebelumnya yg miss ini :cautious:. Point ny aadalah, mengembalikan kurikulum pendidikan kiyta menjadi seperti jaman OrBa, dimana peserta didik dididik (bukan diajarkan) utk berfikir kritis dgn metode2x ilmiah (sesuatu yg terukur dan hasilnya dapat direplikasi) apapun bidang studinya yg termasuk ilmu sosial, bahasa, dsb. Sedangkan kalau sekarang, pendidikan kita malah fokus nya ga jauh dari bikin content online dan kejar rating :cry:

Mas trishna ini yang respectful toh mas, semua orang punya opini dengan argumen masing-masing. Kalo mereka ngasih pendapat dengan baik dan benar ya didiskusikan yang baik2. Bukan malah dikasih reaksi "BUAT APA❓" terutama penggunaan "❓❓❓" keliatan gak respectnya mas.
sampeyan terlalu sensi dengan pilihan warna mas..:p Saya ga ada tujuan dan niatan seperti itu. Tapi penggunaan tanda baca dan warna (emoji) diperlukan utk memberi penegasan tertentu dan utk mengajak berpikir kritis.
 

RadenSudirman

Well-known member
Messages
341
Reactions
288
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Konsep kita kalau operasi domestik itu TNI Manuunggal dengan Rakyat. Kalau kita bikin benteng model seperti itu maka anggota kita akan "terpisah" dari masayarakat sekitar nya. Dan kalau sudah seperti itu nanti akan mirip dgn pasukan koalisi nya NATO di A-stan, RAQ, dan NAM. Tau sendiri khan mereka akhirnya bagaimana di tempat2x tsb
Membuat basis pertahanan =/= memisahkan diri. Basis pertahanan ya murni untuk fungsi militer, bahkan bisa berguna bagi warga apabila terjadi konflik bersenjata, bisa menjadi shelter buat mereka. Sedangkan membaur dengan masyarakat itu ya dilakukan di luar konteks engagement militer, tapi merupakan kegiatan non-militer. Sederhana begitu saja, lagian ini konteksnya mendiskusikan alternatif FOB supaya bukan hanya pos gubuk seadanya yang membahayakan personil saat kontak tembak. Bukan mendiskusikan antara hubungan masyarakat dengan markas militer.
ok sepertinya penyampaian saya sebelumnya yg miss ini :cautious:. Point ny aadalah, mengembalikan kurikulum pendidikan kiyta menjadi seperti jaman OrBa, dimana peserta didik dididik (bukan diajarkan) utk berfikir kritis dgn metode2x ilmiah (sesuatu yg terukur dan hasilnya dapat direplikasi) apapun bidang studinya yg termasuk ilmu sosial, bahasa, dsb. Sedangkan kalau sekarang, pendidikan kita malah fokus nya ga jauh dari bikin content online dan kejar rating :cry:
Sampeyan yakin bilang begini? Saya dulu sekolah di tahun 2000an di daerah yang bisa dibilang kurang maju, bukan kota besar. Jadi di tahun segitu sisa-sisa sistem zaman Orba itu masih kental, atau bahkan tidak berubah sama sekali. Yang saya lihat malah sistem Orba itu sangat terpaku pada doktrin, "kalau A ya A", dan terlalu berorientasi disiplin secara fisik. Sistem pendidikannya rote memorization, secara pendidikan terlalu kaku, tidak bisa mentolerir pendapat yang berbeda, murid tidak diperbolehkan untuk mengkritik. Justru saya baru bisa merasakan pendidikan yang mendepankan pemikiran kritis, bahkan sangat bebas berpendapat, ya waktu kuliah.

Saya melihat bahwa pendidikan di universitas2 Indonesia di zaman pasca reformasi itu sangat dipengaruhi oleh sistem Amerika sehingga cukup maju dan bebas dalam berpendapat. Sedangkan pendidikan SD-SMA di Indonesia dipengaruhi oleh negara lain mungkin, yang doktrinnya jauh berbeda, yang keras dan tidak bebas. Di era sekarang sebenarnya saya cukup puas dengan perkembangannya, apalagi saya merasakan transisi dari paradigma lama zaman Orba menjadi sistem yang lebih modern dan bebas. jadi saya kurang setuju untuk gagasan kembali ke paradigme pendidikan lama zaman Orba.
 

NEKO

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
3,185
Reactions
4 2,810
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kalau sekolah diluar negeri mapelnya gimana klo dibandingin dengan indonesia banyakan mana?
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Ukraine nembakin sekitar 5000 s/d 6000 artillery rounds per day, Russia sekitar 50,000 s/d 60,000 artillery rounds per day. US udah ngasih sekitar 220,000 munition rounds ke Ukraina, belum ditambah Eastern European countries kek Poland, Ceko, Slovakia, Rumania, Bulgaria, Baltik,.

Di Asia Pasifik, artillery slug Fest terakhir sih pas Sino Vietnam war, tapi ga seintens di Eastern Ukraine front hari ini, US di Vietnam war lebih senang menggunakan air power ketimbang artillery system.
Kalau sekolah diluar negeri mapelnya gimana klo dibandingin dengan indonesia banyakan mana?

Luar negeri yang mana? Saudi? China? Jerman? Iran?
 

Madokafc

Experienced member
Think Tank Analyst
DefenceHub Diplomat
Messages
5,913
Reactions
4 10,053
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Singapur n ostrali.

Banyakan di Indonesia berdasarkan kategori per umur dgn apa yg harus dipelajari, di Australia mereka fokus ke matpel itu berdasarkan usia jadi gak semuanya dipelajari pada usia tertentu kek dimari. Civic and citizenship aka PPKN juga matpel wajib disana

Screenshot_20220612_113921.jpg
 

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,528
Reactions
3 1,576
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Civic and citizenship aka PPKN juga matpel wajib disana
Civic ini menurutku sekarang dipakenya untuk jelasin kalo demokrasi itu ada di UUD 1945. Jadi untuk nge-boost demokrasi, terus dijelasin kalo keputusan sama hukum itu hasil dari perwakilan sama pejabat eksekutif yang dipilih masing-masing individu.

Terus juga jelasin kalo demokrasi itu ngasih tempat untuk pikiran-pikiran. Jadi kalo dirasa mau buat partai atau organisasi nampung yang sepemikiran gapapa, tapi tetep hukum bukan hasil kemauan sepihak aja tanpa mekanisme demokrasi, semua ada mekanismenya.

Kalo dari RAND malah seingetku pernah ngerekomendasiin ngajarin tentang literasi digital juga, ngenalin mana disinformasi sama propaganda Rusia khususnya yang mungkin orang awam gak aware karena banyak pake kayak bot sama troll, gak ada stempel resminya.

edit : dan aku yakin yang punya tendensi maunya sendiri atas motivasi apalah, pribadi ato golongan dan gak berkembang ngeliat sesuatu atau dogmatis sampe mati gak suka sama demokrasi
 
Last edited:

Umigami

Experienced member
Moderator
Indonesia Moderator
Messages
6,452
Reactions
5 5,265
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Nah kalau yg model gini kan lumayan, daripada yg hitam-hitam gitu.
 

NEKO

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
3,185
Reactions
4 2,810
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Banyakan di Indonesia berdasarkan kategori per umur dgn apa yg harus dipelajari, di Australia mereka fokus ke matpel itu berdasarkan usia jadi gak semuanya dipelajari pada usia tertentu kek dimari. Civic and citizenship aka PPKN juga matpel wajib disana

View attachment 44786
Indonesia itungannya mapelnya kebanyakan ga sih, dulu pas ane sma pelajaran bahasa aja ada 4: Indonesia, inggris, jawa, jerman.
 

RadenSudirman

Well-known member
Messages
341
Reactions
288
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Dulu waktu saya SMA, kelas dibagi tiga jenis: IPA, IPS, Bahasa

Mas trishna bilang kita harus kembali "seperti zaman Orba yang STEM"

Ini premisnya adalah kurikulum kita kurang STEM, atau STEM kurang ditekankan. Padahal sebenarnya tidak. Justru di sekolah saya dulu, sangat ketahuan sekali ada bias sehingga IPA/ STEM itu diutamakan.

Contohnya pembagian kelas. Tiap angkatan ada 12 kelas. Teorinya IPA, IPS dan Bahasa itu ya setara, ditentukan oleh minat bakat, TEORINYA. Tapi dalam praktek? 8 kelas itu IPA, 3 IPS, dan hanya 1 untuk Bahasa. Ditambah lagi ada bias yang membuat IPA = Anak pintar, dan kemudian kelas diranking lagi menggunakan nilai dan psikotes. Kelas unggulan pasti IPA, sedangkan IPS dan Bahasa tidak begitu diunggulkan dalam hal kompetisi padahal sebenarnya di bidang mereka, mereka ya berkemampuan.

Saya kurang setuju dengan bias akan STEM ini. Saya dulu itu anak IPA, walau kemudian kuliahnya di bidang SOSHUM. Tapi saya gak menganggap IPA/ STEM harus diunggulkan, bagi saya baik dulu dan sekarang mereka sudah cukup diperhatikan. Sedangkan untuk Ilmu Sosial dan Bahasa itu menurut saya Indonesia punya potensi besar, sayangnya pengembangan keilmuan tersebut kurang diperhatikan di level SD-SMA (di level Universitas sendiri sudah cukup maju).
 

chibiyabi

Contributor
Messages
541
Reactions
3 476
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Togo
capacity building itu itu lebih ke budaya, budaya mencari tahu, terserah bidangnya, mo IPA, IPS, atau IPA, anak saya lulus SD sekarang ga diajari mencari sinopsis, bahkan dari sekedar cerita pendek,jaman SD saya dulu tugas bulanan membaca dan bikin sinopsis, IPA projectnya bikin perbandingan aliran air di tanah gersang dengan tanah yg ditumbuhi rumput, rumputnya nanem sendiri di kotak kayu 2 minggu numbuhinnya, itu SD inpres di kaki gunung... mengsedih berdarah darah saya.. 😭 😭 😭
 

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,528
Reactions
3 1,576
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
T-Tapi kan, Rubicon and Fortuner lebih penting! Rubicon bisa nembak misil balistik nuklir Cina, Fortuner bisa torpedo kapal induk Cina!
My take is decrease the number of pati. Less pati, less + 500 millions Rupiahs cars.

Tapi semua orang kan mau jadi bintang, maklumlah jabatan bintang ditambah. Yang tadinya jabatan Bintang 1, naik jadi Bintang 2 biar nambah jabatan Bintang 1.

Singapore is based1 about their structure and ranks. Thanks to Israel they have fewer pati.

Ze'evi (nicknamed "Gandhi" ) paid a secret visit to Singapore and the preparatory work began on his return. "Gandhi said he wanted to create an ideal army for Singapore, something we hadn't built here," Carmel says. "Instead of setting up a Defense Ministry and a General Staff, Gandhi suggested an integrated organization, a more economical structure. So there wouldn't be too many generals and too few soldiers."

1: Based means good for you who don't know. Online slang
 

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,528
Reactions
3 1,576
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
If Indonesia adopted their structure, does it mean a decrease in corruption? If it's, I'm sure the idea will get rejected immediately.

Pretty sure some pelicin will be needed for the idea to get accepted.
I was not talking about corruption tho, but the expenditure for sure decreasing in personnel and its inherent dukungan (car, fuel, drivers etc). And by the way, about car, actually pati (especially those that menjabat) not just got +500m car tho, but also another car (notably Ertiga or alike) for the nyonya.

*car here means mobil dinas ya 😉
 

Follow us on social media

Top Bottom