Kalau tahu ya dibikin senang lah beliaunya, F35nya digolin gitu...
Ya kalo jalurnya cuma lewat perusahaan mah, jangankan ke Indonesia, kita juga udah jualan ke China sekalian
Kalau tahu ya dibikin senang lah beliaunya, F35nya digolin gitu...
Imgat jamgkauan rudal harus dibawah 300 km atau payload dibawah 500 Kg. Kalau pingin lebih dari itu kita harus rancang dan bikin sendiri (termasuk csegala instrument & chipset nya). Karna ga ada negara yg mau jual / transfer kapabiltas lebih dari itu ke siapapun (kecuali antar anggota NATO dan Korut)Bukan karena potensi konflik, hanya untuk jaga-jaga saja sih, just in case.
When in doubt, langsung saja luncurkan ke KL dan Singapore.
Paham saya kalau organisasi militer nya. Tapi pertanyaannya, ini khan kita baru operasikan rudal balistik, apakah kita mau ikuti struktur armed yg sudah ada atau perlu ada perubahan terkait jumlah peluncur.Logika saya satu resimen = 3 baterai, satu baterai= 6 unit artileri. 18 launcher per Resimen = 54 launcher total untuk 3 resimen. Ini berdasarkan sistem France-US, saya kira Indonesia pakainya sistem ini juga, makanya Astros dan CAESAR kita jumlahnya kurang lebih sama.
Mungkin untuk rudal balistik bisa berbeda dari Armed biasanya, tapi entahlah saya cuma ambil jumlah standar.
Resimen Artileri itu berdiri sendiri, istilahnya setara brigadenya infanteri, jadi tergolong unit yang cukup besar.
Kalau misalnya maunya per unit itu dikit aja, ya gak akan disebut "resimen", tapi disebut "batalyon", jadi "Yonarmed". Bukan masalah mampu tidaknya duitnya mas trishna, tapi ini sistem organisasi militer. Batalyon gak mungkin disebut Divisi, dan gak mungkin lebih dari 1000 orang personel, karena diatas itu sudah disebut Resimen. Istilah dan jumlah sudah ada standarnya.
Kalau benar jumlah unit Khan yang dibeli itu, dan memang dirorganisasi menjadi Resimen, kita bisa senang karena ini termasuk lompatan modernisasi alutsista dan organisasi.
Maksudnya standby di satu pulau yang sama sepertinya akan mempermudah 'mobilisasi'. Kalau mau tembak dari sumatera ya pertama gunakan apa yang ada di sumatera, kalau jauh-jauh ya repot nanti. Proses mobilisasi cukup kompleks.Indonesia sekarang udah gak kek dulu bos, infrastruktur udah dibangun masif. Kan udah ada trans Sumatera dan Trans Jawa, jarak tempuh 2000 an km bisa ditempuh dalam tempo 2-3 hari saja. Lihat saja, Garuda Shield unit unit yang dibawa ke Baturaja ada yang dari Jawa Timur dan tempat lainnya yang lebih jauh, cuma butuh persiapan dua sampai tiga hari untuk deployment sampai ke tempat latihan gabungan. Sarana transportasi laut, darat dan udara Indonesia baik punya pemerintah dan swasta juga ada banyak.
lagian juga kalo ada konflik ga langsung hurr durr missile langsung terbang, yang di Ukraine Russia juga ada proses penumpukan pasukan dan dorongan logistik dulu sampai berbulan-bulan lamanya.
makanya yang dilakukan pemerintah kemaren kemaren buat bangun jalan raya, tol, jalan inspeksi perbatasan yang ribuan kilometer di perbatasan Kalimantan Indonesia -Malaysia itu udah betul banget. Belum lagi bangun landasan pesawat dimana-mana termasuk bangun penimbunan BBM pesawat di daerah daerah di setiap bandara, pembangunan tol laut yang melingkupi pelabuhan utama di setiap pulau besar.
Kita butuhnya rudal balistik untuk bombardir kepulauan Natuna. Ingat ancaman external kita datangnya dari utara dan jalur masuk nya kalau ga lewat kepulauan Natuna yach lewat Selat Makassar. Musuh sudah pasti akan berusaha menguasai kepulauan Natuna untuk ngamankan jalur logistik mereka. Bilamana mereka berhasil nguasai kepulauan Natuna disitu kita butuh rudal balistikWell tidak semua pulau besar menghadap selat malaka, hanya Sumatra. Saya kira Khan ini paling efektif digunakan di sumatera, karena bisa menembak lintas selat, penempatan paling strategis. Kalau di Jawa, ya cuma bisa dioperasikan di Jawa, di Kalimantan dan Sulawesi sama saja, di Papua tidak prioritas, PNG terlalu overkill kalau dipakaikan senjata ini.
Kita harus ingat ini senjata artileri medan, bukan anti-kapal. Jadi targetnya itu sasaran darat, dan sasaran darat luar negeri yang paling empuk ya kalau tidak Serawak ya Semenanjung.
Paham lach mereka. Kalau saya lihat kemungkin masalah di suku bunga pinjamannya.
Kalau udah cs ama Sultan begini kita mau pinjem 100 juta bisa2x dikasih 1 milyard karna sang Sultan ga ada duit kecil
Ya makanya saya bilang markasnya taruh dekat Pekanbaru, 280 km sampe KL dan Singapore itu.Imgat jamgkauan rudal harus dibawah 300 km atau payload dibawah 500 Kg. Kalau pingin lebih dari itu kita harus rancang dan bikin sendiri (termasuk csegala instrument & chipset nya). Karna ga ada negara yg mau jual / transfer kapabiltas lebih dari itu ke siapapun (kecuali antar anggota NATO dan Korut)
Kalau ide saya sih, kita jadikan Natuna benteng sehingga tidak akan bisa dikuasai. Maka pemikiran pertama itu adalah mencari tau "bagaimana supaya Natuna tidak bisa dikuasai?", sedangkan pemikiran "bagaimana apabila Natuna dikuasai?" itu baru nomor sekian.Kita butuhnya rudal balistik untuk bombardir kepulauan Natuna. Ingat ancaman external kita datangnya dari utara dan jalur masuk nya kalau ga lewat kepulauan Natuna yach lewat Selat Makassar. Musuh sudah pasti akan berusaha menguasai kepulauan Natuna untuk ngamankan jalur logistik mereka. Bilamana mereka berhasil nguasai kepulauan Natuna disitu kita butuh rudal balistik
Perlu ditambah dengan video promotional item2x tsb diatas
Paham lach mereka. Kalau saya lihat kemungkin masalah di suku bunga pinjamannya.
@Madokafc , apakah di skema FMS ada kewajiban untuk pakai US based financing?
Ya makanya saya bilang markasnya taruh dekat Pekanbaru, 280 km sampe KL dan Singapore itu.
View attachment 50068
View attachment 50069
Ini sebenarnya simpel saja kalau mau commit. Misalnya waktu WW2, pulau kecil kayak Midway aja Jepang gagal menguasai itu, malah kalah telak di Battle of Midway. Padahal Midway isinya standar aja, ada landasan udara dengan skadron perspur, dan ada Arhanud, gitu aja Jepang kewalahan. Apalagi kalau sekelas Hawaii, kalau bisa kita ambil Hawaii sebagai contoh untuk membangun Natuna. Mungkin sekalian kita taruh rudal AShM di Natuna, akan sangat kuat sekali pertahannnya nanti.
Bentar Bentar, butuh pencerahan.cukup kita bangun infrastruktur khususnya pelabuhan di pesisir Selat Malaka
Njirr, , , , baru kali ini aku melihat anda sangat tenang dalam menyampaikan argumen bahwa posisi IDN lebih tinggi daripada Produsen yg menawarkan prdouknya.Well btw, US government kalo akalnya sehat pasti ngasih solusi yang win win deals, karena dengan Indonesia joint program F 15EX, itu akan ngasih leverage ke US foreign policy di kawasan. Kedua, meningkatkan interoperabilitas antara partner. Ketiga, secara ekonomi langsung deal ini bakalan menyerap tenaga kerja atau mempertahankan yang ada.
Taruhannya lebih besar buat US sih, Indonesia kalo ga dapet masih ada opsi nambah jumlah orderan Rafale paling nggak
Njirr, , , , baru kali ini aku melihat anda sangat tenang dalam menyampaikan argumen bahwa posisi IDN lebih tinggi daripada Produsen yg menawarkan prdouknya.
I don't have anything personal in this, I just like to come up with any scenario and don't limit myself to anything as long as it is realistic. I am a planner at work, this is my usual way of thinking. Planning always had something to do with formulating scenarios and expecting things that didn't happen yet. I mean I could come up with a plan to attack Mindanao if you don't want it to be KL or Singapore, it doesn't matter to me.Dude, why do you want to attack Singapore and KL so badly?
Ya makanya kuncinya study alasan mengapa skenario A berhasil, lalu kenapa skenario B tidak berhasil. Lalu rumuskan kebijakan berdasarkan hasil studi itu. Ini bukan menebak-nebak, pasti ada faktor yang mempengaruhi hasil dan itu bisa direplikasi.But banyak contoh lainnya juga pulau2 gede berhasil dikuasain Jepang, I mean most of ASEAN kan jatuh ke tangan mereka, begitupun sebaliknya sekutu berhasil rebut balik pulau2 yg dikuasain jepang
Daripada nanti IDN beralih ke F31C kali ya? Wkwkposisi IDN lebih tinggi daripada Produsen yg menawarkan prdouknya
Daripada nanti IDN beralih ke F31C kali ya? Wkwk