Indonesia Casual Discussion Warkop Indonesia

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,602
Reactions
5 1,618
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kompetisi antara dua nilai di dunia sekarang, yang mana negara-negara Barat megang nilai post-WW2 rules based order dan lawannya yang berusaha untuk dapetin apa yang mereka mau pake kekuatan yang lebih besar ngelawan kekuatan lebih kecil, resembled dunia tanpa aturan pra-Wilsonian Internationalism ini buat AS khususnya harus berpikir ulang tentang gimana kompetisi ini harus dijalankan.

China contohnya, mereka mau dapetin kepentingan mereka yaitu legitimasi di Laut China Selatan atau Taiwan dengan cara yang beneath the threshold of open conflict. Mereka pelan-pelan berkelakuan seakan laut di dalam 9–Line itu punya mereka dengan ngirim Coast Guard dan Milisi Laut nya ke wilayah laut yang di-klaim, sekali lagi, seakan laut itu punya mereka sendiri. Make economic statecraft untuk ngumpulin sebanyak-banyaknya negara untuk dukung mereka di panggung-panggung Internasional, yang salah satu imbasnya Pemerintah Taiwan (ROC) tambah dianggap gak punya legitimasi di Taiwan karena satu-satunya China yang sah itu PRC (RRC). Mereka bisa berbuat apa aja di Taiwan karena itu wilayah mereka.

Lebih besar lagi, mereka bisa aja buat rules based order dan institusinya, PBB, jadi gak dianggep lagi kalo pihak-pihak yang megang nilai rules based order kalah saing. Buat tatanan dunia baru yang mana menguntungkan negara-negara kuat dan gak ngasih jaminan atau kesempatan keamanan ke yang lebih lemah, mereka bisa berbuat apapun semau mereka kayak kebijakan mereka di dalam negeri, buat tatanan dunia baru yang in favor ke nilai otoritarian mereka.

Gimana-gimana, rules based order lewat UN yang kadang dianggep berat sebelah ke Barat, sebenernya gak selalu menguntungkan untuk Barat. Hasilnya berdasarkan voting negara-negara anggota (UNGA) dengan pengecualian di UNSC yang mana ada 5 negara punya veto power.

Dengan ancaman rusaknya rules based order itu, harus ada cara melihat gimana sebenernya kompetisi ini sekarang dijalankan. Kompetisi ini ngelibatin lebih sedikit konflik konvensional, karena pihak yang mau ngerusak rules based order lebih hati-hati dan berusaha menang lewat cara di bawah threshold of open conflict.

Dipake lah economic statecraft, yang mana negara-negara berkembang dikasih keringanan-keringanan lewat BRI contohnya. Hal ini bisa dianggep sama kayak China melakukan pemboman atau invasi, salah satu usaha mereka untuk menang perang yang bertujuan untuk nambah negara pendukung mereka.

Dari AS untuk menganalisa dan memformulasikan kebijakan perang baru ini keluarlah DoD Irregular Warfare Center. Lingkupnya luas, bukan cuman kekuatan militer aja.

Indonesia? Sejak kapan Indonesia peduli soal kayak gitu? Yang penting national interest kita kayak ekonomi, sumber daya manusia dll semakin baik dan integritas teritorial tetap terjaga, walaupun entah apa alasannya Perjanjian Maritim RI-China beberapa waktu lalu yang mengakui (melegitimasi) klaim sepihak China.
 

satria

Contributor
Indonesia Correspondent
Messages
1,238
Reactions
9 1,725
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Apa hubungannya?
loh terakhir baca berita, Insinyur kita tidak terbukti bersalah pencuriaan data seperti yang dituduhkan tapi proses tetap berjalan ... layaknya drama

dan diera dia drama ini terjadi, seolah ingin menekankan supaya melunasi biaya KFX
 

NEKO

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
3,201
Reactions
4 2,820
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Very interesting concept:
Electric-Launch-QEC.jpg


If we want to buy something like:
tcg-anadolu-turkish-lhd-3d-model-max-obj-fbx.jpg


Rather than installing CIWS at the front area near the ski jump, we could consider to make it a full flight deck specialized for UAV launch operation. It won't affect fighter launch operation + can launch UAV.
 

satria

Contributor
Indonesia Correspondent
Messages
1,238
Reactions
9 1,725
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Drone Aruna 45 Hasil Daur Ulang Sukses Uji Terbang di Perairan Jakarta

678a534d3c676.jpeg


Mengutip keterangan resmi, Jumat (17/1/2025), pesawat terbang tanpa awak (drone) berbahan daur ulang sampah plastik ini diterbangkan dari atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) milik TNI Angkatan Laut (TNI AL) KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat (992).

Pelaksanaan uji terbang drone yang ke depan digadang-gadang akan memperkuat alutsista TNI AL ini dipimpin oleh Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Komando Armada I Laksamana Pertama TNI Muhammad Taufik, M.M.D.S, mewakili Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Dr. YooS Suryono H., M.Tr (Han)., M.Tr. Opsla dan sejumlah pejabat lainnya.

"Menggunakan teknologi VTOL, Aruna 45 melakukan take off dan landing secara baik," kata Laksamana TNI PURN Yudo Margono, selaku Pembina dalam keterangan resmi.


drone-aruna-45-sukses-uji-terbang-1_169.jpeg


678a5ee790776-viva-militer-drone-aruna-45-berbahan-daur-ulang-sampah-plastik-sukses-terbang_1265_711.jpeg


sayang harusnya pas kemaren Panglima ujicobanya, biar bisa beli banyak dan taruh di KRI
 

Lordimperator

Experienced member
Moderator
Indonesia Correspondent
Indonesia Moderator
Messages
5,065
Reactions
3 2,901
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia

Attachments

  • 1000124369.jpg
    1000124369.jpg
    881.3 KB · Views: 9

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,602
Reactions
5 1,618
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945. Dia nyebut orang-orang Tionghoa, dan lebih ditekankan lagi yang klasik, mereka condong gak setuju sama ide nasionalisme atau nilai kebangsaan karena mereka cenderung kosmopolit, kita semua komunitas dunia yang satu.

Aku baru sadar kenapa bisa ada pernyataan kayak gitu pas waktu itu. Pasca Perang Opium Pertama, China yang waktu itu masih di bawah Dinasti Qing kayak de facto dijajah walaupun secara resmi gak dijajah. Inggris buat perjanjian sama China selalu kayak ada impression China tunduk aja sama Inggris, termasuk salah satunya tentang treaty ports atau pelabuhan yang trakat Qing-Inggris itu berlaku.

Di pelabuhan-pelabuhan itu, tarif impor yang diberlakukan Qing harus kayak yang Inggris mau, dan pajak ekspor produk dari Qing juga harus sesuai kemauan Inggris, yang mana nguntungin Inggris, ngerugiin China.

Selain itu, dibuat juga lewat treaty-treaty itu “konsesi”, yang paling terkenal konsesi di Shanghai dan extraterritoriality yang mana hukum yang berlaku untuk warga Inggris di China tetep hukum Inggris. Konsesi ini de facto wilayah pendudukan. Selain Inggris, ada juga konsesi Perancis di Shanghai, ada juga konsesi Amerika di Shanghai.

Konsesi Inggris sama Amerika di Shanghai akhirnya jadi satu jadilah Shanghai International Settlement, yang mana buat Shanghai, sebuah kota penting untuk kawasan Far East (sekarang pun sama) jadi kayak negara sendiri pake sistemnya sendiri. Akhirnya banyak negara buat trakat sama Qing, jadi banyaklah interaksi orang Tionghoa di kota perdagangan penting itu sama orang dari mana-mana. Hal itu yang buat orang Tionghoa (klasik) disebut kosmopolitan.

Tapi disebut juga sama Soekarno kalo orang-orang Tionghoa pasca San Min Chi I nya Sun Yat Sen yang Soekarno bilang bakal dia hargai sampe dia masuk lubang kubur, orang China mulai ada lagi semangat nasionalismenya.
 
Last edited:

schuimpjes

Experienced member
Messages
2,602
Reactions
5 1,618
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945. Dia nyebut orang-orang Tionghoa, dan lebih ditekankan lagi yang klasik, mereka condong gak setuju sama ide nasionalisme atau nilai kebangsaan karena mereka cenderung kosmopolit, kita semua komunitas dunia yang satu.

Aku baru sadar kenapa bisa ada pernyataan kayak gitu pas waktu itu. Pasca Perang Opium Pertama, China yang waktu itu masih di bawah Dinasti Qing kayak de facto dijajah walaupun secara resmi gak dijajah. Inggris buat perjanjian sama China selalu kayak ada impression China tunduk aja sama Inggris, termasuk salah satunya tentang treaty ports atau pelabuhan yang trakat Qing-Inggris itu berlaku.

Di pelabuhan-pelabuhan itu, tarif impor yang diberlakukan Qing harus kayak yang Inggris mau, dan pajak ekspor produk dari Qing juga harus sesuai kemauan Inggris, yang mana nguntungin Inggris, ngerugiin China.

Selain itu, dibuat juga lewat treaty-treaty itu “konsesi”, yang paling terkenal konsesi di Shanghai dan extraterritoriality yang mana hukum yang berlaku untuk warga Inggris di China tetep hukum Inggris. Konsesi ini de facto wilayah pendudukan. Selain Inggris, ada juga konsesi Perancis di Shanghai, ada juga konsesi Amerika di Shanghai.

Konsesi Inggris sama Amerika di Shanghai akhirnya jadi satu jadilah Shanghai International Settlement, yang mana buat Shanghai, sebuah kota penting untuk kawasan Far East (sekarang pun sama) jadi kayak negara sendiri pake sistemnya sendiri. Akhirnya banyak negara buat trakat sama Qing, jadi banyaklah interaksi orang Tionghoa di kota perdagangan penting itu sama orang dari mana-mana. Hal itu yang buat orang Tionghoa (klasik) disebut kosmopolitan.

Tapi disebut juga sama Soekarno kalo orang-orang Tionghoa pasca San Min Chi I nya Sun Yat Sen yang Soekarno bilang bakal dia hargai sampe dia masuk lubang kubur, orang China mulai ada lagi semangat nasionalismenya.
Pas Perang Dingin, China Daratan jatuh ke CCP ini disayangkan banget sama AS, kejadiannya disebut Loss of China.

Orang Republican nyalahin Truman yang terlalu naro perhatian ke Eropa dengan Marshall Plan, NATO tapi neglecting China. Truman bela diri nyebut mereka gak kurang-kurang bantu Kuomintang yang waktu itu ngelawan CCP.
 

Nilgiri

Experienced member
Moderator
Aviation Specialist
Messages
9,861
Reactions
120 20,005
Nation of residence
Canada
Nation of origin
India
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945. Dia nyebut orang-orang Tionghoa, dan lebih ditekankan lagi yang klasik, mereka condong gak setuju sama ide nasionalisme atau nilai kebangsaan karena mereka cenderung kosmopolit, kita semua komunitas dunia yang satu.

Aku baru sadar kenapa bisa ada pernyataan kayak gitu pas waktu itu. Pasca Perang Opium Pertama, China yang waktu itu masih di bawah Dinasti Qing kayak de facto dijajah walaupun secara resmi gak dijajah. Inggris buat perjanjian sama China selalu kayak ada impression China tunduk aja sama Inggris, termasuk salah satunya tentang treaty ports atau pelabuhan yang trakat Qing-Inggris itu berlaku.

Di pelabuhan-pelabuhan itu, tarif impor yang diberlakukan Qing harus kayak yang Inggris mau, dan pajak ekspor produk dari Qing juga harus sesuai kemauan Inggris, yang mana nguntungin Inggris, ngerugiin China.

Selain itu, dibuat juga lewat treaty-treaty itu “konsesi”, yang paling terkenal konsesi di Shanghai dan extraterritoriality yang mana hukum yang berlaku untuk warga Inggris di China tetep hukum Inggris. Konsesi ini de facto wilayah pendudukan. Selain Inggris, ada juga konsesi Perancis di Shanghai, ada juga konsesi Amerika di Shanghai.

Konsesi Inggris sama Amerika di Shanghai akhirnya jadi satu jadilah Shanghai International Settlement, yang mana buat Shanghai, sebuah kota penting untuk kawasan Far East (sekarang pun sama) jadi kayak negara sendiri pake sistemnya sendiri. Akhirnya banyak negara buat trakat sama Qing, jadi banyaklah interaksi orang Tionghoa di kota perdagangan penting itu sama orang dari mana-mana. Hal itu yang buat orang Tionghoa (klasik) disebut kosmopolitan.

Tapi disebut juga sama Soekarno kalo orang-orang Tionghoa pasca San Min Chi I nya Sun Yat Sen yang Soekarno bilang bakal dia hargai sampe dia masuk lubang kubur, orang China mulai ada lagi semangat nasionalismenya.

That's true with absolute monarchies (bounded by no constitution) in general. There is no system of a republic and it comes at great costs till you actually form a republic (or its close equivalent - the constitutional monarchy) and operationalise your people as citizens rather than as subjects and serfs for the whims of top layer of monarch control.

The absolute monarchy relies on hobbesian concept of top 0.1% being omni-potent and omniscient enough to take charge of their charges morally consistently and competently. It has provably not worked compared to lockean republic and its various intensities/tiers (the single party state, though better than a family/dynasty monarch driven one has its drawbacks and injust costs that impose as well over time).

i.e Sun Yat Sen would have had quite the words to say about what took shape under Mao for example (and one can deduce with some good study what they would have been).

Two posts I made recently, here and elsewhere on the topic:

At Turkish tea house here:
Absolute Monarchies are always tenuous and ticking time bombs as they do not having basic law, rights and dignity cohesively and default applied at the citizen level (i.e its all serfs and subjects to be essentially playthings).

So the quality of the sovereign waxes and wanes, and mostly wanes given what concentrated human power tends to do, especially one in family/dynasty succession format with all its competition at that level compared to what the people ought to have in basic path-hood of equal opportunity (education --->work ethic---->innovation ladders unlocked by that rather than agrarian basis).

i.e its very rarely a hobbesian idyll....then the lack of proper resolution to handle accountability and justice properly to grow long term social trust and investment (which must be secured for any human, social and economic development to take place).

Ataturk learned on the fly and very quickly the importance of the republic and it being secular and progressive (on things like mass basic education) once its security and borders are finally secured and stabilised from wars that came from the brittle tenuous nature he saw firsthand with the progenitor empire. Turkiye benefited immensely from Ataturk.


Elsewhere, regd "Mughal India being largest GDP in the world" and having "25% of world manufacturing" at their peak":
Pre-industrial age estimations of "GDP" are just tied to the basic agragian land you have under some monarchy that have serfs and subjects instead of a constitution, republic and citizenry with rights and so on (which are important foundations to education driven industrialisation and other actual productivity+innovation with human time compared to what was unlocked long ago in the neolithic and honed in the two metal ages). i.e other factors of production entering the picture past basic land....and the reason why each empire fell if they got caught with pants down on this compared to those that did bring in say a constitutional monarchy and unlocked first relevant industrial and intellectual tiers to exert across larger distances.

I could go on for many many hours on the Qing (who you set as some reference point for the Mughals to have surpassed in GDP)....alone for example....why Britain preyed on what was under their charge with almost no effort.....why the Japanese preyed even more later when their charges had thrown the Qing away and were trying to get up to speed.

We end up flexing on some 0.1%-1% monarchy controls/taxes this amount of land and basic food production....oh and here's some fancy stuff they built with some surpluses/extra coercions inflicted on the mass peasantry/serfs....and armies they could raise to try grab more or defend what they have....and the other outside-in things people like to remember things by with privilege of distance of time and space from living in it.

Its largely meaningless tbh (compared to what we have at hand and use now for GDP)...as monarchies and empires are tenuous to begin with during their existence in this era....with a whole cacophony of deprivations and degradations that squandered the human bulk under their fiduciary trust (if this was even developed rather than asserted to some degree to begin with in some fashion - no one really bothered asking or recording that anywhere....how much could every single king really care about the trial and tibulations of folks under his charge in any consistent way).
 

Nilgiri

Experienced member
Moderator
Aviation Specialist
Messages
9,861
Reactions
120 20,005
Nation of residence
Canada
Nation of origin
India
Pas Perang Dingin, China Daratan jatuh ke CCP ini disayangkan banget sama AS, kejadiannya disebut Loss of China.

Orang Republican nyalahin Truman yang terlalu naro perhatian ke Eropa dengan Marshall Plan, NATO tapi neglecting China. Truman bela diri nyebut mereka gak kurang-kurang bantu Kuomintang yang waktu itu ngelawan CCP.

That is really long subject to get into. This is just a painfully short summary.
 
Top Bottom