Indonesia Casual Discussion Warkop Indonesia

Gary

Experienced member
Messages
8,361
Reactions
22 12,853
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Li-ion itu sebenarnya untuk mencapai submerged endurance AIP tapi menghilangkan kelemahan AIP (berat tambahan dan mengurangi kebisingan mesin AIP).
 

R4duga

Experienced member
Messages
1,670
Reactions
2 2,367
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Li-ion itu sebenarnya untuk mencapai submerged endurance AIP tapi menghilangkan kelemahan AIP (berat tambahan dan mengurangi kebisingan mesin AIP).
this is why i told back then, Li-Ion + AIP is weird configuration, it's either all AIP banks or non at all (old AIP + Lead Acid Banks solution)
 

R4duga

Experienced member
Messages
1,670
Reactions
2 2,367
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kayaknya kurang tepat penerjemahannya

"Batch-2 submarines will have both AIP propulsion systems and lithium-ion batteries, which will increase the submerged endurance to more than 20 days at sea.”

cuma 20 harian ngga sama maknanya dengan more than 20 days,

Setauku, Kasel konvensional, dengan baterai lead-acid tanpa AIP itu bisa submerge sekitar 3-4 hari dengan full baterai tanpa snorkel. Kalo snorkelan ya bisa terus terusan aja sampe abis bensin.

Terus buat AIP, umumnya, AIP only itu bisa buat kasel tetep kerendem sekitar 2 minggu / 14 hari

"The present record – set by an HDW Class 212A submarine – is 14 days"

I quoted it from the MTU website, as from the Wikipedia article of Type 212A says

"The submarines can operate at high speed on diesel power or switch to the AIP system for silent slow cruising, staying submerged for up to three weeks with little exhaust heat. The system is also said to be vibration-free and virtually undetectable."

It is unclear where that 3 weeks comes from, usually wikipedia will attach some footnotes to other more credible link. Sometimes Wikipedia can be misleading,

I remember one time in 2018 when i read article about KRI Cakra in Wikipedia it nonchalantly says " Kapal ini membawa 16 VLS SSBN" without any footnotes and proper source link attached. I got so confused and spent the entire day cross checking that, until i'm confident that that was total misleading, and later i edited it.

Jadi kembali lagi, AIP itu cukup buat bawa kapal selam submerge buat sekitar 14 hari, tergantung tipe, tapi umumnya seperti itu, jika ditambah baterai jadi yaaa give or take 16-18 hari. Meanwhile, AIP FC2G Naval Group dia confident banget dalam video demontrasinya bilang kalo FC2G bisa tahan sampe 20 hari, only AIP tanpa baterai.

Nah kalo buat Lithium-Ion, sesudah berkeliling dari banyak artikel, aku ngga nemu angka yang pasti buat berapa lama dia bisa submerge, tapi aku optimis dia pasti lebih lama dari Lead-Acid, tapi mungkin nggak selama AIP FC2G. Buat mencatat angka semisal 7 hari hanya dengan baterai aja udah cukup impresif. Mengingat ukuran kapal selam yang masih tetap, volume baterai yang mungkin relatif sama hanya dengan teknologi yang berbeda itu udah improvement. Ditambah dia bisa lebih stabil output daya dan lebih cepet ngecasnya.

Jepang mulai mempertimbangin buat ninggalin AIP Stirlingnya sama total full Lithium Ion battery.
"But now Japan wants to eliminate AIP technology altogether without losing its benefits"

Dia bilangnya meninggalkan AIP tanpa kehilangan kemampuannya, ngga bilang meningkatkan performanya. Maksudnya hanya AIP atau Li-Ion saja kemampuannya dimaksud sama atau setara.

Tapi Korsel malah pake AIP dan Li-Ion sekaligus, ya artinya mereka saling complementing, makin sangat lama submergenya.
perhaps Sokor reasoning are due to "Redundance", they probably think where the scenario all or some battery banks suddenly shorted or had electrical problem to the point where crew are deemed not safe to check on submarine battery compartment section, they could use the AIP to power the subs and resurfaced.
 

norman88

Committed member
Messages
194
Reactions
1 149
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kayaknya kurang tepat penerjemahannya

"Batch-2 submarines will have both AIP propulsion systems and lithium-ion batteries, which will increase the submerged endurance to more than 20 days at sea.”

cuma 20 harian ngga sama maknanya dengan more than 20 days,

Setauku, Kasel konvensional, dengan baterai lead-acid tanpa AIP itu bisa submerge sekitar 3-4 hari dengan full baterai tanpa snorkel. Kalo snorkelan ya bisa terus terusan aja sampe abis bensin.

Terus buat AIP, umumnya, AIP only itu bisa buat kasel tetep kerendem sekitar 2 minggu / 14 hari

"The present record – set by an HDW Class 212A submarine – is 14 days"

I quoted it from the MTU website, as from the Wikipedia article of Type 212A says

"The submarines can operate at high speed on diesel power or switch to the AIP system for silent slow cruising, staying submerged for up to three weeks with little exhaust heat. The system is also said to be vibration-free and virtually undetectable."

It is unclear where that 3 weeks comes from, usually wikipedia will attach some footnotes to other more credible link. Sometimes Wikipedia can be misleading,

I remember one time in 2018 when i read article about KRI Cakra in Wikipedia it nonchalantly says " Kapal ini membawa 16 VLS SSBN" without any footnotes and proper source link attached. I got so confused and spent the entire day cross checking that, until i'm confident that that was total misleading, and later i edited it.

Jadi kembali lagi, AIP itu cukup buat bawa kapal selam submerge buat sekitar 14 hari, tergantung tipe, tapi umumnya seperti itu, jika ditambah baterai jadi yaaa give or take 16-18 hari. Meanwhile, AIP FC2G Naval Group dia confident banget dalam video demontrasinya bilang kalo FC2G bisa tahan sampe 20 hari, only AIP tanpa baterai.

Nah kalo buat Lithium-Ion, sesudah berkeliling dari banyak artikel, aku ngga nemu angka yang pasti buat berapa lama dia bisa submerge, tapi aku optimis dia pasti lebih lama dari Lead-Acid, tapi mungkin nggak selama AIP FC2G. Buat mencatat angka semisal 7 hari hanya dengan baterai aja udah cukup impresif. Mengingat ukuran kapal selam yang masih tetap, volume baterai yang mungkin relatif sama hanya dengan teknologi yang berbeda itu udah improvement. Ditambah dia bisa lebih stabil output daya dan lebih cepet ngecasnya.

Jepang mulai mempertimbangin buat ninggalin AIP Stirlingnya sama total full Lithium Ion battery.
"But now Japan wants to eliminate AIP technology altogether without losing its benefits"

Dia bilangnya meninggalkan AIP tanpa kehilangan kemampuannya, ngga bilang meningkatkan performanya. Maksudnya hanya AIP atau Li-Ion saja kemampuannya dimaksud sama atau setara.

Tapi Korsel malah pake AIP dan Li-Ion sekaligus, ya artinya mereka saling complementing, makin sangat lama submergenya.
Kalau cuma menambah submerged selama 7 hari atau kurang, artinya masih belum bisa menggantikan AIP modern yg rata2 durasinya 3 minggu paling sedikit (AIP NG, Navantia, dan kasel TKMS versi terbaru seperti type 218).
 

this is crunch

Contributor
Messages
657
Reactions
4 633
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kalau cuma menambah submerged selama 7 hari atau kurang, artinya masih belum bisa menggantikan AIP modern yg rata2 durasinya 3 minggu paling sedikit (AIP NG, Navantia, dan kasel TKMS versi terbaru seperti type 218).
7 hari itu cuma pengandaian, aku ga tau angka sebenarnya
 

Parry Brima

Contributor
Messages
982
Reactions
1 1,057
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Hopefully that won't happen.

It should happen, and it will happen.

Not necessarily mean we're gonna launch torpedoes to each other. But more like measuring each other capability. Detecting and escaping each other in deep ocean down the south would be fantastic. SSN vs Li-on, it'll be intriguing as this two represents the most advanced sub technology.
 

this is crunch

Contributor
Messages
657
Reactions
4 633
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
this is why i told back then, Li-Ion + AIP is weird configuration, it's either all AIP banks or non at all (old AIP + Lead Acid Banks solution)
Yea it is actually interesting to discuss. Artikel militer Turkiyè tahun 2020 malah bilang gini
SmartSelect_20230830-213739_ReadEra.jpg


Membahas AIP lagi. Jadi AIP itu beragam banget tipe, mekanisme kerja, dan jenis bahan bakarnya, yang paling dikenal sekarang itu salah satunya Fuel-Cell AIP, yang cara kerjanya mirip seperti baterai (aku cantumkan linknya di akhir) membutuhkan hidrogen sebagai salah satu bahan bakarnya. Hidrogen membtuhkan penyimpanan tangki terpisah, juga karakter hidrogen itu sangat berbahaya a.k.a very combustible and toxic in high pressure. Lalu hidrogen yang dibutuhkan juga harus hidrogen dengan puritas tertinggi (pure 99% hydrogen) yang mana itu sangat mahal harganya dan nggak banyak fasilitas yang punya dedicated storage buat itu

Bahkan Jerman aja ngirim hidrogennya langsung dari truk tangki perusahaan
Screenshot_20230614-154507_MX Player.png


Intinya, AIP fuel-cell itu memang bisa ngasih manfaat dan daya tahan yang cukup lama, tanpa menghasilkan emisi noise dan thermal berlebih, namun sangat amat merepotkan, terbatas, dan costly.

Lalu kemudian berkembang teknologi baterai, dengan density yang tinggi, high charge and stable output, kemudian recharge yang sangat cepat, disini Lithium-Ion menjadi pertimbangan, dengan segala kelebihan dan kekurangan (link referensi ada di akhir), Baterai Lithium-Ion digadang dapat ngasih performa seperti AIP yang digunakan sekarang, dengan teknologi awal 2000-an.

Fuel-cell AIP itu sangat berat, tangki storage Hidrogennya aja lebih dari 160ton. nah dengan Baterai Lithium-Ion, berat storage dan modul reaktor tersebut akan hilang. Namun performa kurang lebih setara.

Kemudian bagaimana dengan operator yang menginginkan endurance sangat lama / by any means extremely long endurance, maka kedepannya AIP bukan hanya hidrogen fuel-cell saja, tapi menggunakan ada yang namanya reformer.

Prinsip kerja AIP ini terbilang sama, membutuhkan reaksi dari hidrogen dengan katalisnya, namun TANPA segala kekurangan dan kerepotan hidrogen sebelumnya, seperti yang ditulis diatas. AIP FC2G Naval Group itu menggunakan teknologi ini, Diesel Oil Reformer. Sederhananya, AIP ini tidak lagi membawa hidrogen secara terpisah, namun hidrogen dihasilkan dari reaksi diesel oil dengan oksigen dan uap. Yang kemudian reaksi tersebut menghasilkan hidrogen dan hidrogen tersebut akan digunakan dalam reaktor fuel-cell.

Diesel Oil dikenal juga dengan Marine Diesel Oil (MDO), produk ini sangat umum, dipakai di mesin diesel perkapalan, tersedia dibanyak tempat, aman dalam proses reaksi, dan sangat terjangkau, semua ini adalah kebalikan dari pure hidrogen tadi.

Jadi kembali ke topik awal, menurutku, nggak salah kalo kedepannya ada pendapat yang bilang kalo masa depan kapal selam adalah dengan Baterai Lithium-Ion, tapi juga benar kalo ada yang menyatakan AIP masih akan terus digunakan kedepannya, dengan teknologi dan metode proses yang berbeda tentunya.

Jadi pada akhirnya semua tergantung dari will politik pemerintah sebagai pemegang dana, kebutuhan operator, keamanan dalam penggunaan, dan keterjangkauan dalam biaya.




 

Attachments

  • Type 214TN Submarine Studies.pdf
    538 KB · Views: 88

NEKO

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
3,183
Reactions
4 2,806
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Yea it is actually interesting to discuss. Artikel militer Turkiyè tahun 2020 malah bilang gini
View attachment 60663

Membahas AIP lagi. Jadi AIP itu beragam banget tipe, mekanisme kerja, dan jenis bahan bakarnya, yang paling dikenal sekarang itu salah satunya Fuel-Cell AIP, yang cara kerjanya mirip seperti baterai (aku cantumkan linknya di akhir) membutuhkan hidrogen sebagai salah satu bahan bakarnya. Hidrogen membtuhkan penyimpanan tangki terpisah, juga karakter hidrogen itu sangat berbahaya a.k.a very combustible and toxic in high pressure. Lalu hidrogen yang dibutuhkan juga harus hidrogen dengan puritas tertinggi (pure 99% hydrogen) yang mana itu sangat mahal harganya dan nggak banyak fasilitas yang punya dedicated storage buat itu

Bahkan Jerman aja ngirim hidrogennya langsung dari truk tangki perusahaan View attachment 60665

Intinya, AIP fuel-cell itu memang bisa ngasih manfaat dan daya tahan yang cukup lama, tanpa menghasilkan emisi noise dan thermal berlebih, namun sangat amat merepotkan, terbatas, dan costly.

Lalu kemudian berkembang teknologi baterai, dengan density yang tinggi, high charge and stable output, kemudian recharge yang sangat cepat, disini Lithium-Ion menjadi pertimbangan, dengan segala kelebihan dan kekurangan (link referensi ada di akhir), Baterai Lithium-Ion digadang dapat ngasih performa seperti AIP yang digunakan sekarang, dengan teknologi awal 2000-an.

Fuel-cell AIP itu sangat berat, tangki storage Hidrogennya aja lebih dari 160ton. nah dengan Baterai Lithium-Ion, berat storage dan modul reaktor tersebut akan hilang. Namun performa kurang lebih setara.

Kemudian bagaimana dengan operator yang menginginkan endurance sangat lama / by any means extremely long endurance, maka kedepannya AIP bukan hanya hidrogen fuel-cell saja, tapi menggunakan ada yang namanya reformer.

Prinsip kerja AIP ini terbilang sama, membutuhkan reaksi dari hidrogen dengan katalisnya, namun TANPA segala kekurangan dan kerepotan hidrogen sebelumnya, seperti yang ditulis diatas. AIP FC2G Naval Group itu menggunakan teknologi ini, Diesel Oil Reformer. Sederhananya, AIP ini tidak lagi membawa hidrogen secara terpisah, namun hidrogen dihasilkan dari reaksi diesel oil dengan oksigen dan uap. Yang kemudian reaksi tersebut menghasilkan hidrogen dan hidrogen tersebut akan digunakan dalam reaktor fuel-cell.

Diesel Oil dikenal juga dengan Marine Diesel Oil (MDO), produk ini sangat umum, dipakai di mesin diesel perkapalan, tersedia dibanyak tempat, aman dalam proses reaksi, dan sangat terjangkau, semua ini adalah kebalikan dari pure hidrogen tadi.

Jadi kembali ke topik awal, menurutku, nggak salah kalo kedepannya ada pendapat yang bilang kalo masa depan kapal selam adalah dengan Baterai Lithium-Ion, tapi juga benar kalo ada yang menyatakan AIP masih akan terus digunakan kedepannya, dengan teknologi dan metode proses yang berbeda tentunya.

Jadi pada akhirnya semua tergantung dari will politik pemerintah sebagai pemegang dana, kebutuhan operator, keamanan dalam penggunaan, dan keterjangkauan dalam biaya.




Ambil baterai Li-ion aja ga ribet.
 

Umigami

Experienced member
Moderator
Indonesia Moderator
Messages
6,447
Reactions
5 5,260
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Ambil baterai Li-ion aja ga ribet.
Dibilang gak ribet ya gak juga. Sampai sekarang kompetitor KS TNI AL gak ada yg ready baterai Li-ion. (Scorpene gak masuk hitungan karena janjinya pasang Li-ion di masa depan, itu juga kalau sukses)
 

this is crunch

Contributor
Messages
657
Reactions
4 633
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Kalaupun sekarang kita ambil Scorpene dengan baterai konvensional tapi pake AIP FC2G, bagus bagus aja menurutku buat beberapa masa yang akan datang, mungkin nanti bisa di retrofit pake Li-Ion, jadi dabel extra long endurance.
 

NEKO

Experienced member
Indonesia Correspondent
Messages
3,183
Reactions
4 2,806
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Q0pBiByvBUui.jpg

How do you think? 🧐
IMHO pespur siluman punya keunggulan untuk first look first shoot first kill, sulit untuk pesawat non stealth untuk memaksa pesawat siluman dogfight.
Jika pesawat non stealth hanya bisa mengandalkan IRST maka pesawat stealth bisa menggunakan IRST + radar, dan tentunya radar lebih superior untuk deteksi (jarak dan cakupan).

Pesawat tempur siluman tentunya memiliki keunggulan dan superioritas dibanding non stealth, non stealth masih punya kesempatan untuk menang namun kecil.
 

norman88

Committed member
Messages
194
Reactions
1 149
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
IMHO pespur siluman punya keunggulan untuk first look first shoot first kill, sulit untuk pesawat non stealth untuk memaksa pesawat siluman dogfight.
Jika pesawat non stealth hanya bisa mengandalkan IRST maka pesawat stealth bisa menggunakan IRST + radar, dan tentunya radar lebih superior untuk deteksi (jarak dan cakupan).

Pesawat tempur siluman tentunya memiliki keunggulan dan superioritas dibanding non stealth, non stealth masih punya kesempatan untuk menang namun kecil.
Pada saat pesawat siluman menggunakan radar keberadaannya terekspos RWR lawan kan, disitu pesawat non siluman bisa counter balik.
 

Umigami

Experienced member
Moderator
Indonesia Moderator
Messages
6,447
Reactions
5 5,260
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Pada saat pesawat siluman menggunakan radar keberadaannya terekspos RWR lawan kan, disitu pesawat non siluman bisa counter balik.
Gimana kalau pesawat 5th gen disuplai data pesawat lain lewat data link?
Itu akan mematikan sekali situational awareness dapat tapi dianjuga tidak mengorbankan stealthnya.
 

R4duga

Experienced member
Messages
1,670
Reactions
2 2,367
Nation of residence
Indonesia
Nation of origin
Indonesia
Pada saat pesawat siluman menggunakan radar keberadaannya terekspos RWR lawan kan, disitu pesawat non siluman bisa counter balik.
conventional radar ? probably ... but one of the hype people going regarding sophisticated AESA radar is exactly this reason, they are harder to recognized by RWR, even PESA is already quite a hassle for RWR.
 
Top Bottom